Posts tagged ‘RCCI’

March 26, 2014

Jamaica and Haiti Trip – Day 5

Cerita sebelumnya di hari pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Hari terakhir yang merupakan day at sea dibuka dengan suami yang semangat menuju lapangan basket dan ikut lomba free throw. Sayang sekali dari 15 peserta, suami menempati peringkat ke-empat. Padahal kalau masuk tiga besar bisa dapat medali tuh, hehehe. Selesai basket, suami mengajak saya untuk segera ke deck tempat di mana FlowRider dilangsungkan. Literally, FlowRider ini benar-benar sama dengan diibaratkan kita sedang ‘menunggang’ air. Ada dua macam gaya surfing yang bisa dicoba saat FlowRider: berdiri (atau menggunakan stand board) dan duduk (dengan boogie board). Perbedaan boogie board dengan stand board (yang biasa dipakai oleh surfer di pantai) adalah berukuran lebih pendek (hanya setengah badan kita) dan lebih lebar (agar bisa dipegang oleh kedua tangan). Diberikan alokasi waktu tertentu untuk kedua gaya, jam 7-11 pagi khusus untuk stand board surfing, kemudian 4 jam berikutnya khusus boogie board surfing, lalu berulang hingga sore harinya. Karena datang mengantri pas pergantian gaya, akhirnya suami saya sempat mencoba kedua gaya tersebut. Tak puas sekali, ia bahkan mencoba sampai 4 kali.

Setelah puas berbasah-basah dan membersihkan diri untuk makan siang, kami menuju ke Windjammer. Makan siang yang cukup cepat karena saya ingin menyaksikan kompetisi World Sexiest Man sementara suami buru-buru ke teater untuk menonton 3D Movie: Mr. Peabody & Sherman. Ternyata kompetisi World Sexiest Man hanya berlangsung 30 menit, menyisakan waktu yang cukup bagi saya untuk ikut ke teater dan menonton film juga walaupun terpisah dari suami. Saya tidak merasa rugi sama sekali terburu-buru mendatangi teater untuk menonton film ini karena ternyata ceritanya menghibur. Lucu dan ringan.

Di hari ini Dani mengalami motion sickness cukup parah. Memang hari itu kapal bergoyang kencang sekali, tidak seperti biasanya. Kata suami saya kemungkinan karena kapal harus mengebut mengejar waktu berlabuh kembali di Fort Lauderdale keesokan paginya. Jadi jarak yang ditempuh saat pergi dalam 2 hari kudu ditempuh hanya dalam 1,5 hari saja saat pulang. Alhasil, kapal ikut bergoyang hebat. Saya sendiri juga sempat agak mual sewaktu berada di kamar di deck 6. Karena merasa kalau di dalam kamar akan makin parah, saya memutuskan segera ke deck lebih tinggi. Ternyata hal itu merupakan keputusan yang tepat karena di deck atas guncangan kapal tidak separah di kamar.

Untung saja saat menjelang makan malam kondisi Dani sudah membaik dan pulih seperti biasa. Rugi donk kalau sampai melewatkan fine dining terakhir, apalagi menu malam itu istimewa: beef rib untuk main course dan untuk penutup ada dessert yang paling enak menurut saya. Saya dan Dani memesan dessert Baked Alaska yang ternyata es krim ditutup dengan lapisan gula dan dibakar. Rasanya jangan ditanya.. Enak banget!

Saat melihat menu yang disajikan saya sempat skeptis melihat menu rib, karena saya anggap itu pasti pork. Tetapi sang waiter meyakinkan kami bahwa rib yang dimaksud adalah beef, jadi langsung saya pesan deh. Suami Saya memesan lobster tail yang ternyata disajikan bersama udang. Ckckck.. kolesterol kuadrat! 

Ini dia yang bernama Baked Alaska. Di bawahnya terdapat strawberry ice cream yang ditutup icing gula dan diberi sentuhan bakar-bakaran.

Malam itu saya dan suami lagi-lagi terpisah dengan Dani karena Dani ingin menonton Broadway show Saturday Night Fever sementara saya ingin menyaksikan Frozen di poolside theatre. Awalnya saya juga mau menonton Saturday Night Fever, tetapi setelah melihat Cruise Compass dan tahu bahwa movie yang diputar adalah Frozen, saya langsung berubah pikiran. Gara-gara review banyak orang yang menyebutkan bahwa Frozen bagus, saya jadi penasaran. Sesuai dugaan, poolside theatre berangin kencang. Saya dan suami sampai harus berselimutkan handuk yang disediakan oleh kapal di pinggir kolam renang. Kalau orang-orang menggunakan handuk untuk mengeringkan tubuh setelah selesai berenang, malam itu handuk tersebut kami gunakan sebagai selimut. 1.5 jam berikutnya saya bertahan menonton di tengah kencangnya angin laut. Untung tidak sampai masuk angin ya. Kesan tentang Frozen? Saya kok lebih suka Mr. Peabody & Sherman ya ketimbang Frozen :D. Dan saat menonton itu lebih terkesan dengan suasananya, banyak anak kecil yang ikut berdendang sepanjang pemutaran film, cute!

Tags:
March 24, 2014

Jamaica and Haiti Trip – Day 3

Cerita hari pertama dan kedua, silahkan klik link ini dan ini.

Hari ketiga kami tidak merasa perlu untuk terburu-buru bangun dan bersiap-siap karena di samping kapal baru diberikan clearance merapat di Labadee, Haiti agak siang, sekitar jam 9 pagi, pula kami pun merasa hari itu akan menjadi hari yang panjang di pantai. Royal Caribbean rupanya memiliki area pribadi di negara pulau itu, kami pun tidak perlu khawatir memikirkan akan makan siang di mana atau pusing mencari restroom karena pihak kapal sudah menyiapkan dengan baik sesuai standar orang Amerika.

Berdasarkan review yang saya baca, disarankan untuk membawa uang pecahan kecil untuk tip bagi penduduk lokal yang membantu menyiapkan kursi pantai. Pada kenyataannya, saya ternyata bisa menggunakan kursi pantai yang sudah tersedia, sehingga tidak perlu mengeluarkan dana ekstra untuk tip, hihihi.. Memang turis irit nih namanya. Dan ternyata kursi pantai yang kami gunakan sepanjang waktu di sana terletak cukup jauh dari pusat hingar-bingar, sehingga penduduk pun merasa enggan berjalan cukup jauh hingga ke tempat kami, hanya untuk mendapatkan sedikit tambahan uang saku hihihi…

Apa saja yang bisa dilakukan di sini? Yang jelas kami hanya bergolek malas di kursi pantai yang diletakkan persis di pinggiran pantai yang menghadap ke Samudera Atlantik itu. Dipayungi pepohonan khas vegetasi pantai yang banyak ditemui di sana pula. Kami pun merasa nyaman sekedar bersantai di sana. Tetapi rupanya suami saya tidak cukup sabar hanya bermalas-malasan, dan memutuskan untuk berjalan-jalan memutari area tersebut, mengamati obyek-obyek yang pantas dikunjungi dan mengambil foto. Hihihi, pulang-pulang dia pun mengeluh capek dan pegal.

Sampai tiba saatnya makan siang, kami pun berjalan menuju ruangan terbuka yang khusus disediakan oleh Royal Caribbean untuk penumpangnya bersantap siang. Menunya? Ada salad, buah-buahan segar dan macam-macam barbecue ayam dan daging. Sambil makan siang, kami juga dihibur dengan serombongan penduduk pribumi yang memainkan musik dan bernyanyi. Sebagai balasan, mereka menerima tip dari pengunjung dan menawarkan musik mereka yang sudah dikemas dalam bentuk CD, walaupun begitu, kami tidak merasa terganggu sepanjang makan karena mereka cukup sopan tidak mengganggu para pengunjung masih asik bersantap.

Sehabis makan siang, kami pun berjalan-jalan mengelilingi area pribadi tersebut mengikuti arahan suami saya yang sebelumnya sudah mengitari area tersebut. Ternyata di sana ada Artisan’s Market, toko yang menjajakan berbagai macam souvenir lokal, mulai dari tas, pahatan kayu, lukisan, sampai beragam varian rum punch yang rupanya cukup khas dan jamak terdapat di sana.

Selain itu toko yang cukup besar itu, di sana juga terdapat Artisan’s Village, di sini terdapat toko souvenir kecil-kecil yang pedagangnya suka meneriaki kami untuk mampir. Seperti di pasar deh pokoknya. Saya sempat juga diteriaki dari jauh, diajak mampir karena saya menggunakan kerudung dan ternyata si pedagang juga mengaku seorang muslim bernama Abdullah. Tapi terus terang saya tidak berminat lebih jauh, jadi saya hanya berkata sopan bahwa saya ingin melihat-lihat saja dan mungkin nanti akan mampir ke tokonya.

Walaupun kapal akan berangkat pukul 3.30, tetapi semua pengunjung diwajibkan kembali ke kapal pukul 3. Berhubung saya tipe orang yang mudah khawatir, jadi saya mengajak suami dan Dani untuk kembali ke kapal sekitar pukul 2.30. Pengunjung cruise yang lain terlihat capek, bersemangat dan berkulit merah karena terbakar matahari. Kami bertiga terlihat lengket dan berkulit gosong karena sebab yang sama.

Proses masuk kembali ke kapal sama mudahnya seperti saat kami di Mexico. Cukup dengan ikut dalam antrian masuk gerbang sekuriti dan menunjukkan Sea Pass Card, kami bisa langsung kembali ke kapal. Tak ada pemeriksaan paspor atau visa atau apapun. Pemeriksaan justru berlangsung di dalam kapal, di mana lebih ditujukan untuk keamanan dan keperluan bea cukai. Berhubung kami tidak membeli apapun di Haiti, jadi kami bisa melenggang aman.

Setelah kembali ke kamar, mandi dan bersiap makan malam di restoran fine dining, Dani dan suami saya bersemangat untuk mencoba ice skating. Seumur hidup saya belum pernah mencoba ice skating dan bisa dibilang pasrah kalau pada akhirnya nanti jatuh. Di luar dugaan saya tidak jatuh, tapi jangan salah.. Itu karena saya selalu berpegangan di sisi arena 😀

Ice skating membuat saya capek dan menolak ajakan suami untuk menonton live music di teater diikuti dengan pesta bernuansa 70-an di Royal Promenade. Saya memilih leyeh-leyeh di kamar dan  tidur untuk bersiap jalan-jalan di Jamaica keesokan harinya.

Bersambung ke hari keempat dan kelima.

Tags:
March 23, 2014

Jamaica and Haiti Trip – Day 2

Hari pertama ada di sini.

Di hari kedua ini kami dibangunkan oleh petugas room service yang mengantarkan sarapan. Salah satu fasilitas yang tidak saya coba di perjalanan tahun lalu karena saya merasa tidak ada nilai tambahnya untuk sarapan di dalam kamar. Beda dengan sekarang karena ada faktor balkon. Sekali-kali boleh donk mencoba sarapan di balkon di tengah lautan :D. Untuk memesan room service ini mudah, cukup mengisi form yang disediakan di dalam kamar dan gantungkan di gagang pintu pada malam harinya. Menu yang disediakan mungkin tidak mengundang selera kita sebagai orang Indonesia, tapi paling tidak saya merasa cukup dengan kopi atau teh untuk sarapan.

Hari itu merupakan day at sea, jadi kami meneliti Cruise Compass mengenai acara menarik yang ditawarkan kapal. Setiap malam, biasanya saat kita makan malam, stateroom attendant akan masuk ke dalam kamar kita untuk merapikan tempat tidur, mengganti handuk, membersihkan kamar dan meletakkan lembaran informasi yang bernama Cruise Compass. Di dalamnya dicantumkan jadwal aktivitas lengkap hari berikutnya mulai jam 5 pagi sampai lewat tengah malam. Di situlah kami menentukan kegiatan apa yang ingin dilakukan. Seusai sarapan kami naik ke sport deck di deck 13 untuk mencoba meja ping pong yang ada di sana, hanya suami saya dan Dani sih yang main sementara saya leyeh-leyeh memandangi orang-orang bermain basket.

Selesai ping pong, kami menuju Windjammer Cafe untuk makan siang. Selepas sendokan makan siang terakhir, saya baru sadar kalau kamera kami masih tertinggal di area tenis meja. Panik, saya naik turun ke sport deck tempat asal duduk saya, ke bagian Lost & Found di dekat pool deck 11, kemudian Guest Relation di deck 5 dan beberapa tempat lain. Semua memberikan jawaban sama, belum ada yang menyerahkan barang yang tersasar dengan ciri-ciri yang sama dengan kamera kami. Mudah dikenali sih sebenarnya, LCD screen nya sudah retak karena jatuh perjalanan ke NYC terakhir itu. Setelah berkeliling selama kurang lebih satu jam, akhirnya saya bertemu suami yang juga habis mondar-mandir. Kami memutuskan kembali ke sport deck untuk bertanya kepada petugas kebersihan, barangkali ada yang menemukan kamera tersebut. Ajaibnya, kamera masih tergeletak begitu saja di lantai dan anehnya saya merasa pasti tidak melihat kamera tersebut sebelumnya. Apapun yang terjadi, saya lega karena tidak jadi kehilangan kamera, fiuhh..

Setelah urusan kamera selesai, suami mengajak saya menonton FlowRider, salah satu kegiatan air yang disediakan di kapal, semacam simulasi surfboarding di air yang mengalir deras. Semua penumpang kapal bisa mencoba tanpa tambahan biaya lagi, asalkan menandatangani waive form yang membebaskan kapal dari semua risiko kecelakaan yang mungkin menimpa para pengendara FlowRider dan cukup sabar untuk mengantri, karena peminatnya cukup banyak. Suami bilang akan mencoba FlowRider kalau ada kesempatan, tapi bukan hari ini karena jadwal di hari itu sudah cukup sesak, apalagi dalam beberapa jam lagi kami berencana menonton pertunjukan Encore, ice skating performance. Walaupun di perjalanan saya dulu juga ada Encore, tapi kalau tidak salah koreografi yang disajikan berbeda, jadi bisa dibilang saya menyaksikan dua pertunjukan yang berbeda. Belum lagi perbedaan di atraksi akrobat, di mana kali ini menampilkan bintang tamu dari Las Vegas yang wow!

Setelah pertunjukan Encore selesai kami terburu-buru menuju Platinum Theater yang terletak di sisi yang berseberangan tempat kami menonton Encore. Ternyata dalam trip ini ada pemutaran film bioskop dalam ruangan studio, dalam 3D pula. Ini termasuk kegiatan yang di trip kami sebelumnya tidak ada dan baru kami temui di trip kali ini. Setelah mengambil kacamata 3D dari attendant, kami pun menikmati akting Sandra Bullock yang sepertinya sedang berperan sendiri dalam Gravity. Bagi saya dan suami yang selama di Amerika jarang menonton di bioskop, adanya film di atas kapal ini jelas tak boleh dilewatkan.

Tema malam kedua ini adalah formal night. Ini memang menjadi kebiasaan di setiap perjalanan cruise, dan selalu ada satu atau dua malam yang bertemakan ini. Mungkin untuk memfasilitasi animo banyak penumpang cruise yang ingin berfoto dengan pakaian resmi di tengah-tengah kapal yang bernuansa lux itu. Saya dan Dani juga termasuk dalam kumpulan itu pastinya, hehehe… Sebuah dress dan setelan jas sudah saya siapkan untuk kami demi malam itu. Kapan lagi bisa dress up dan bersenang-senang?

Waiter kami malam itu bernama Mario yang berasal dari Peru. Mario ini lucu dan kalau bicara cepat sekali. Saya sampai harus menyiagakan telinga untuk menangkap apa yang dia katakan. Sama seperti Peamkait, waiter kami di malam sebelumnya, Mario pun ramah sekali.

Selepas makan malam yang (seperti biasa) selalu sukses membuat kami kenyang maksimal (padahal sepertinya porsi tiap makanan sedikit-sedikit lho…), kami bertiga berencana menyaksikan pertunjukan akrobat In the Air tetapi karena saya dan suami terpisah dengan Dani, kami kemudian tidak bertemu lagi di sisa hari itu. Saya dan suami hanya menyaksikan pertunjukan selama 20 menit pertama sebelum merasa bosan dan memutuskan keluar teater karena sama persis seperti yang disaksikan tahun lalu, baik dari segi alur cerita dan aksi panggungnya.

Dari sana saya dan suami kembali ke kamar untuk beristirahat. Seperti biasa pula, Dani bertandang dan menikmati nyanyian dan permainan piano tunggal Bernie Martini di Schooner Bar. Penampilan Bernie memang enak dinikmati, apalagi sebenarnya kami tidak perlu membayar ekstra ataupun diharuskan membeli minuman seperti layaknya di bar. Tetapi saya dan suami sudah kehabisan energi (mungkin karena panik naik-turun mencari kamera paginya juga ya…) dan memilih untuk tidur cepat malam itu, buat menyiapkan stamina yang cukup karena keesokan harinya kami dijadwalkan akan mendarat di Labadee, Haiti. Waktunya jalan-jalan di pantai!

Bersambung ke hari ketiga, keempat dan kelima.

Tags:
March 22, 2014

Jamaica and Haiti Trip – Day 1

Saya dan suami merencanakan acara untuk Spring break kali ini tak lama setelah Winter break berakhir. Bisa dibilang sudah tak sabar untuk kembali berlibur, apalagi Spring break ini berlangsung seminggu penuh. Dari sekedar ide asal dan iseng mengajak seorang teman, Dani, akhirnya jalan-jalan dengan cruise terwujud lagi. Cruise yang dipilih kali ini berdasarkan pertimbangan waktu, jenis hiburan yang disajikan di kapal dan itinerary. Saya dan suami ingin berlayar ke negara selain Mexico, sementara Dani ingin kapal yang menyediakan hiburan Broadway Theatre di dalamnya. Dari utak atik web Royal Caribbean dan Carnival didapatlah kapal yang sama dengan perjalanan kami Desember lalu: Liberty of the Seas.

Itinerary perjalanan kapal kurang lebih sebagai berikut:

Hari 1   Fort Lauderdale, Florida, waktu berangkat 4:30 PM
Hari 2   Cruising, berlayar menyusuri pesisir Florida, Keys, dan Cuba menuju perairan Karibia barat
Hari 3   Labadee, Haiti, waktu tiba 7:30 AM dan waktu berangkat kembali 3:30 PM
Hari 4   Falmouth, Jamaica, waktu tiba 8:30 AM dan waktu berangkat kembali 4:30 PM
Hari 5   Cruising, berlayar dengan rute yang sama dengan saat berangkat
Hari 6   Fort Lauderdale, Florida, waktu tiba 7:00 AM

Saya sengaja mencari negara yang tidak mensyaratkan visa bagi pemegang paspor Indonesia. Dari berbagai negara tujuan seperti Bahamas, Haiti, Jamaica, Mexico, Bermuda dan lain-lain, hanya Bahamas yang rewel soal visa. Mexico yang kami kunjungi tahun lalu membebaskan kami bukan karena faktor paspor Indonesia, melainkan karena kami punya visa US yang valid. Jadi kalau ingin berkunjung ke Mexico dari Indonesia, tetap harus mengajukan permohonan visa Mexico ya :). Haiti dan Jamaica membebaskan kami dari persyaratan visa karena kami penumpang cruise. Saya lupa ketentuan pastinya untuk pengunjung selain penumpang cruise.

Salah satu tips untuk calon penumpang yang berangkat dari Amerika, jangan lupa untuk memanfaatkan diskon US Residence. Saya dan suami memilih untuk tidak membuat State ID jadi tahun lalu tidak memanfaatkan harga khusus. Berhubung kali ini berangkat bersama Dani yang punya Pennsylvania State ID, kami mendapat potongan harga kurang lebih $100. Lumayan khan. Tips lain: selalu sediakan uang pecahan $1 untuk memberi tip kepada porter, petugas room service delivery atau penduduk lokal di tempat tujuan.

Siang itu kami berangkat dari hotel di Kissimmee, FL sekitar jam 9 dan sampai di Fort Lauderdale, FL sekitar jam 1 siang. Langkah yang dilakukan sama persis seperti tahun lalu. Kami menyerahkan bagasi kepada porter di luar lengkap dengan tip sebesar $1 per koper. Setelah urusan koper selesai, kami mulai antri untuk check in. Proses check in hanya melibatkan verifikasi paspor, visa dan I-20 (berhubung kami datang dengan visa F1 dan F2) serta mengisi formulir pernyataan kesehatan dan foto untuk keperluan keamanan. Setelah mendapatkan SeaPass Card, kami diijinkan masuk ke kapal.

Kondisi Liberty of the Seas persis sama dengan yang saya ingat sebelumnya. Bersih dan teratur. Tidak seperti perjalanan yang lalu di mana saya harus puas dengan kamar berjendela karena balcony stateroom habis dipesan, kali ini kami berhasil mendapatkan balkon karena kami pesan jauh-jauh hari. Menumpang Liberty of the Seas untuk kedua kalinya sama sekali tidak membosankan. Terlalu banyak hiburan dan aktivitas yang disediakan kapal sampai-sampai kami kadang harus mengorbankan salah satu acara demi mengikuti acara lainnya.

1053422_10202714555878319_444033235_o

Hal pertama yang kami lakukan setelah selesai check in adalah meletakkan barang tentengan di kamar dan kemudian makan siang di Windjammer cafe. Makanan yang tersedia dalam bentuk buffet yang tak pernah habis ini benar-benar cocok untuk yang kelaparan setelah menyetir 3 jam. Melihat saya dan Dani yang mengenakan jilbab, kami disapa waiter muslim dengan Assalamualaikum. Setelah berbincang sejenak dengan kami (bertanya asal kami dari negara mana), ia menghilang dan kemudian tiba-tiba kembali sambil menarik seorang kawan. Ternyata ia mengajak teman sesama waiter yang berasal dari Bali yang bernama Putu. Kami sempat ditawari minuman oleh Putu, yang terpaksa kami tolak karena sudah kenyang.

Setelah makan siang kami menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan mengitari kapal kemudian mengikuti muster drill alias pengarahan mengenai apa saja yang harus dilakukan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan di kapal tersebut. Pengarahan ini bersifat wajib, absensi dilakukan dengan melakukan scan atas Sea Pass Card sehingga dapat diketahui siapa saja yang belum hadir. Selesai muster drill, kami kembali ke kamar untuk bersiap-siap makan malam.

2014-03-10 19.19.53

Sesampainya di kamar ternyata koper dan stateroom attendant kami sudah menunggu. Berbeda dengan perjalanan tahun lalu di mana saya tidak pernah melihat stateroom attendant kami, kali ini sang attendant memperkenalkan diri dengan ramah. Perbedaan perlakuan ini jelas berakibat pada perbedaan sikap saya terhadap mereka. Kalau di perjalanan lalu saya tidak meninggalkan ekstra tip, di hari terakhir saya dan Dani meninggalkan amplop berisi sedikit dolar tambahan untuk Marso, sang attendant yang berasal dari Filipina. Jangan salah sangka, sebagai penumpang cruise kami diwajibkan untuk memberi tip sebesar $12 per hari per orang yang kemudian dialokasikan untuk stateroom attendant, waiter dan kitchen staff. Saya lupa pembagian per orangnya berapa, yang pasti saya dan suami membayar sebesar $120 hanya untuk tip. Berhubung kami merasa puas dengan keramahan dan hasil kerja Marso, kali ini saya menambahkan tip sebagai penghargaan lebih.

Makan malam kami di hari pertama dilayani oleh waiter asal Thailand, Peamkait. Seperti halnya saat makan siang, kali ini pun Pam menyeret kawannya yang bernama Sigit untuk diperkenalkan kepada kami. Dari namanya saja sudah jelas khan, Sigit ini berasal dari Indonesia juga, hehe. Cukup lama juga Sigit berbincang dengan kami, ia bercerita bahwa karirnya di kapal sudah menginjak tahun ke-13 dan sebentar lagi ia memutuskan untuk berhenti berlayar karena akan menikah. 13 tahun! Wow!

Seusai makan malam kami bersiap-siap di Royal Promenade, jantung keramaian dan aktivitas Liberty of the Seas. Malam pertama akan dimulai dengan Socalicious Parade, pawai a la Mardi Gras yang sangat meriah dengan kerlap kerlip lampu dan tata kostum maksimal. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, kadang kami harus mengorbankan satu acara demi acara lain. Kali ini kami terpaksa mengorbankan penampilan pertama Steven Scott, seorang comic, sekitar pukul 7.30 malam karena masih di ruang makan. Maklum, berhubung tidak mau rugi jadi kami memutuskan untuk selalu makan malam di Main Dining Room yang disajikan dalam bentuk fine dining lengkap dengan entree, main course dan dessert. Jelas saja waktu yang dibutuhkan untuk makan tidak bisa sebentar. Minimal kami harus meluangkan waktu 1.5 jam untuk makan. Untung saja masih ada late night stand up comedy yang disajikan oleh comic yang sama, Steven Scott, pukul 11.15 malam. Dan ternyata memang Steven Scott layak ditunggu karena lucu dan serba bisa. Beberapa kali ia memamerkan keahliannya menirukan alat musik seperti harmonika, terompet, gitar dan drum dengan mulut. Sepertinya sendirian pun dia bisa bikin orkestra full sendiri, keren!


2014-03-10 22.42.42

2014-03-10 22.43.57

Setelah acara stand up comedy selesai, saya sudah terlalu mengantuk dan tidak tertarik untuk mengikuti acara apapun lagi. Dani yang masih bersemangat melanjutkan ke Schooner Bar yang ramai karena ada performance dari Bernie Martini. Si Bernie ini di kemudian hari menjadi favorit Dani, hampir setiap malam Dani berkunjung ke sini untuk menyaksikan Bernie menyanyikan lagu favorit Dani: Sweet Caroline dan Piano Man. Yang jelas stamina saya dan suami tidak sekuat itu, seringkali jam 12 malam sudah kembali ke kamar yang nyaman.

2014-03-10 23.21.23

Bersambung ke hari kedua, ketiga, keempat dan kelima.

Tags: