Philly, nama kecil kota ini, punya 2 wajah yang sangat bertolak belakang. Di salah satu sisi, downtown kota ini nampak begitu berbudaya dan teratur, di sini terlihat jelas bagian kota yang dahulu sempat menjadi ibukota AS ketika kota baru yang kelak menjadi ibukota hingga sekarang, Washington, DC masih mulai dibangun.
Di sisi yang lain, bagian selatan kota Philadelphia justru sebaliknya. Kumuh dan tak teratur. Saya bahkan melihat beberapa mobil yang parkir di tengah jalan. Benar! Parkir begitu saja di tengah jalan. Saya juga sempat melihat mobil patroli polisi terparkir di bagian jalan yang sama. Tidak hanya itu, pasar tumpah juga sempat terlihat di salah satu jalan besar di sini. Sudah mirip dengan Indonesia saja. Klakson-klakson mobil dari orang-orang yang tidak sabar untuk bergegas juga sering diperadukan.

mobil yang parkir di tengah jalan raya
Waktu kami yang singkat diawali dengan mencicipi cuisine khas Philly yang berdiri sejak tahun 1930, yaitu Pat’s King of Steaks. Berdiri berseberangan dengan salah satu seteru terberatnya, Geno’s, restoran ini telah nampak ramai sekali dikunjungi walaupun saat itu waktu masih menunjukkan jam 9 pagi. Bayangkan, di Indonesia, pada jam yang sama orang-orang cuma nafsu sarapan bubur atau mi ayam kan?
Saya memesan menu cheese steak yang rasanya memang benar-benar enak. Di beberapa franchise burger Amerika lain, Philly’s Cheese Steak sering kali ditemui sebagai salah satu menu yang dijual, klangenan bagi yang tidak sempat beli langsung di tempat ini atau yang sekedar kangen dengan nikmat rasanya.

price list

the menu
Kekenyangan, kami beranjak ke Cafe Pendawa. Kabar burung perihal toko mungil ini menjual berbagai bahan mentah dan makanan jadi ataupun setengah jadi dari Indonesia ini sebenarnya baru kami dapat dari teman-teman yang bermukim di Pittsburgh, maklum di sana jaringan Indonesianya lebih luas.
Ternyata kabar akurat adanya, alhasil, rombongan kami dengan panik memborong teh kotak, saus sambal ABC, risoles, martabak daging dan gorengan lainnya. Lumayan lah, mengobati kangen. Bahkan, makanan seperti nasi padang, pecel lele, bakwan Malang sampai nasi rames juga tersedia di toko ini, yang ternyata hasil setoran dari rumah makan Indonesia yang juga terletak di kota ini.

lokasi di 1529 Morris St, Philadelphia, PA 19145. Phone: 215 755 6229
Dari cafe Pendawa kami lanjut ke Independence Hall dan Liberty Hall.

Independence Hall
Sayangnya kami tidak bisa mengikuti tur yang ada di Independence Hall (yang katanya gratis), dikarenakan hanya diadakan pada jam-jam tertentu dan tidak dapat disesuaikan dengan alokasi waktu kami saat itu.

bagian belakang Independence Hall
Sebelum pulang, Annisa mengajak kami mencicipi restoran yang disarankan Anthony Bourdain, pak Bondan-nya Amerika. Resto yang bernuansa oldies ini tidak tanggung-tanggung dalam menyajikan makanan. Untung saja saya dan suami sudah mengantisipasi dengan memesan 1 menu untuk dimakan berdua. Itu saja sudah membuat susah bergeak saking kenyangnya.
City Tavern Restaurant mengakhiri perjalanan liburan kami kali ini. Fiuh, enam hari yang sangat menyenangkan 🙂