Semua serba pertama di Munich. Pertama kali menginjak benua Eropa dan pegang Euro hasil tarik tunai di ATM bandara. Pertama kali datang ke negara yang bahasanya bukan Inggris. Pertama kali menginap di hostel, pertama kali mengikuti tur stadion bola dan pertama kali juga naik high speed train.
Kami mendarat di Frankfurt Airport pagi hari setelah menempuh perjalanan kurang lebih 12 jam. Dalam keadaan capek dan sedikit ngantuk, saya menurut saja di-guide oleh suami. He’s truly a walking compass.
Dia yang mencari arah, bertanya cara membeli tiket kereta sekaligus cara membaca itinerary yang tertera di tiket ke petugas (believe me, taking a train in Germany is more complicated than you think), ambil uang di ATM sampai dengan menyarankan saya untuk ngopi sejenak saat melihat kedai kopi favorit: Starbucks.
Untung saja saat itu petugas imigrasi di pos kedatangan sedang berbaik hati kepada kami. Tanpa dihujani banyak pertanyaan kami diijinkan memasuki Jerman.
Dari bandara kami memutuskan langsung menuju Munich menggunakan DB Bahn (kereta regional yang menghubungkan antar kota di Jerman). Bagaimana mendapatkan tiketnya? Cukup mudah: tiket dapat dibeli dari mesin serupa ATM yang banyak terdapat di bandara dengan menggunakan kartu debit/kredit yang dimiliki. OK, tiket sudah di tangan, tapi masalah selanjutnya muncul. Kereta DB Bahn yang mana yang akan membawa kami ke Munich, jam berapa, dari peron yang mana? Ternyata tidak ada keterangan apapun yang tertera di tiket yang dapat kami gunakan. Setelah bertanya ke information center, kami pun diajari cara membaca itinerary perjalanan kereta di Jerman yang menurut kami memang lain dari yang pernah kami alami sampai saat itu.
Bandara dan stasiun Frankfurt berada di satu kawasan sehingga tidak menyulitkan bagi pendatang seperti kami untuk berpindah sarana transportasi. Saat mencari jalur kereta yang benar, kami masih sedikit tak yakin. Kalau sampai salah naik kereta khan bisa panjang urusan, belum lagi badan sudah menuntut istirahat. Untung saja penduduk lokal ramah dan tanggap. Melihat kami yang kebingungan, seorang pemuda berpakaian rapih mendekati saya dan bertanya tujuan kami. Setelah kami tunjukkan tiket dan sebut tujuan kami, pemuda tersebut memberi
Frankfurt am Main Hauptbahnhof secara literal bisa diartikan sebagai stasiun besar kereta di kota Frankfurt. Di sana kami menyempatkan diri untuk sarapan dengan menu: Burger King!



Jadwal kami hari itu adalah beristirahat, jadi sesampainya di kota Munich kami langsung menuju ke hostel yang sudah dipesan online: Smart Stay Hostel Munich City. Alasan utama memilih hostel adalah kepraktisannya. Lokasi hostel ini sangat dekat dari stasiun U Bahn, yang sangat kami andalkan untuk berkeliling Munich.

Bisa dilihat sendiri di peta, seberapa dekat jarak hostel ke stasiun tersebut. Maklum, sebagai pengguna angkutan umum dengan pinggang yang semakin menua harus memperkirakan jarak satu tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki.
Munich. Bisa menebak nggak kira-kira apa alasan kami mengunjungi kota ini? Suami saya yang pencinta berat olah raga sepak bola mengajak saya untuk mendatangi markas salah satu klub bola terbesar di dunia, Allianz Arena milik kesebelasan FC Bayern. Ini pula yang menjadi jawaban suami saya saat sesi wawancara visa di Konsulat Jerman 2 bulan sebelumnya. Untung petugas visa bukan pecinta klub rival berat FC Bayern ya? Bisa-bisa permohonan visa kami tidak disetujui :p. Alasan lain adalah kami ingin mengunjungi Schloss Neuschwansteinn yang kabarnya juga mudah digapai melalui kota Munich, hanya 2 jam saja menggunakan kereta.
BMW World
Kami punya waktu tiga hari dua malam di Munich tapi bingung mau ke mana lagi selain ke Allianz Arena. Googling punya googling, ada satu tempat menarik yang bisa dikunjungi yaitu BMW Museum.



Di BMW Museum dipajang berbagai varian kendaraan bermotor baik mobil atau pun motor yang diproduksi oleh pabrikan yang memang berpusat di kota ini, dari jaman dulu hingga sekarang. Bahkan mobil Formula One yang dulu dikendarai oleh David Coulthard di kejuaraan balap mobil paling bergengsi sejagat pun ada di sini. Sebenarnya BMW Museum juga menawarkan paket tur untuk melihat-lihat secara langsung pabrikan dari dekat. Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami tidak bisa mengikuti jadwal tur yang ada setiap jam ini. Kami akhirnya hanya membeli tiket masuk museum, dan puas berfoto dengan mobil dan motor yang dipajang di sana saja.
Allianz Arena
Suami saya senang sekali karena ini pertama kalinya dia bisa menginjakkan kaki dan melihat secara langsung stadion di mana kesebelasan besar Eropa berlaga. Maklum, selama di Amrik, sepak bola bukan olah raga nomor satu di sana, sehingga harus puas menonton basket atau American Football ditayangkan di TV. Apalagi yang kami kunjungi adalah FC Bayern, yang saat itu baru saja mendapatkan quindruple (ini jelas info dari suami saya sih hehehe). Saya sendiri cuma manggut-manggut saja dijelaskan quindruple itu apa.

Ada dua aktivitas yang kami lakukan di Allianz Arena: mengikuti tur mengeliling Allianz Arena, stadion sepak bola yang juga menjadi home base 2 kesebelasan besar dari kota Munich, FC Bayern dan TSV 1860. Disediakan 2 jenis tur dengan pilihan bahasa Jerman atau pun bahasa Inggris.
Tur itu membawa kami mengunjungi tribun, kamar ganti, ruang media, dan fasilitas lainnya yang terdapat di Allianz Arena tersebut. Sayang karena saat itu sedang off season, rumput yang ada di lapangan sedang dicabut, hanya menyisakan tanah coklat di tengah lapangan.
Setelah tur selesai kami pun mengunjungi museum FC Bayern yang juga terdapat di Allianz Area, FC Bayern Erlebniswelt. Di sana segala macam memorabilia yang terkait dengan sejarah klub besar kebanggaan Bavaria dipajang. Suami saya terlihat sangat antusias melihat seluruh pernak-pernik bola yang ada di dalamnya, termasuk meminta untuk berfoto dengan 5 trofi quindruple yang baru saja didapatkan oleh FC Bayern.


Sepertinya kami jalan-jalan di musim yang kurang tepat karena beberapa kali terhalang oleh hujan, termasuk saat keluar dari stadion. Untung saja tidak sampai mengganggu itinerary keseluruhan dan yang paling disyukuri adalah hari-hari selanjutnya hujan turun bukan di saat kami beraktivitas di luar ruangan.
…. Bersambung