Saying Goodbye to Traveloka

I was a happy customer. Was.

Until today, 28 July 2019 exactly at 9.06 am.

Sebagai pengguna setia Traveloka saya dengan senang hati melakukan berbagai pembelian mulai dari tiket pesawat, hotel, kereta api dan bahkan menulis review untuk restoran lengkap dengan upload foto. Setiap kali jalan-jalan, entah dalam atau luar negeri, saya selalu membuka website Traveloka terlebih dahulu sebelum mencari informasi di tempat lain. Kalau tujuan yang saya cari tidak ada di sana barulah saya buka Expedia, Booking atau Hotels.

Secara harga saya lihat sih Traveloka ga terlalu beda jauh dari website sejenis. Satu-satunya faktor yang membuat saya tetap menggunakan Traveloka adalah karena data saya sudah ada di sana jadi saya ngga perlu isi ulang lagi. Iya, lebih di faktor kenyamanan. Makanya begitu faktor kenyamanan ini diusik, saya ga perlu pikir panjang lagi buat minggat.

Dua minggu lalu saya lagi-lagi menggunakan jasa Traveloka buat paket wisata hotel dan pesawat ke Bangkok, Thailand. Seperti biasa, setelah selesai jalan-jalan biasanya Traveloka akan mengirimkan e-mail, meminta saya untuk menuliskan ulasan atas pesanan saya. Karena saya tidak merasa ada urgensi menulis ulasan, jadi saya diamkan saja e-mail tersebut. Toh pengguna Traveloka juga ga banyak, tidak sebanyak Google atau Trip Advisor, misalnya. Saya sih mikirnya pasti orang yang akan menginap di hotel yang sama dengan saya pasti udah mencari ulasan lain di internet. Intinya: nulis ulasan itu cuma bikin saya capek, ga ada keuntungan buat saya.

Beberapa hari kemudian Traveloka kembali mengirimkan e-mail yang isinya kembali meminta ulasan atas hotel yang saya tinggali. Saya diamkan saja dengan alasan yang sama. I mean, writing a review is not simple for me. It has to be sincere and I HAVE TO BE CONNECTED WITH WHAT I WRITE.

I don’t know about you, guys.. But writing something require my emotion, my memory, my fondness and my willingness. You can’t simply require me to write one on the spot.

Pagi ini, dengan lancangnya Traveloka kembali mengirim e-mail KETIGA KALINYA.

SAYA MUNTAB

Keluhan pertama kali

Dibalas dengan kata-kata bahwa e-mail yang dikirim merupakan automated e-mail. Saya sih merasa kalau saya ngga segoblok itu juga buat menyangka semua e-mail dikirim secara manual. Saya justru sangat ingin tahu divisi mana yang secara lugu-nya punya ide

“Wah ini kalo customer ngga ngisi ulasan mending kita kirimin e-mail aja buat maksa mereka nulis.”

Saya pengen liat langsung muka si bodoh yang punya ide tersebut.

Lebih muntab lagi sewaktu keluhan saya tiba-tiba di-mark as solved oleh mereka.

That’s fine, Traveloka. I was happy to know you, was satisfied as your customer. But really sorry, you now lost me. Good bye.

5 Comments to “Saying Goodbye to Traveloka”

  1. Kalau aku sih langsung klik spam aja, ntar masuk ke spam box deh email berikutnya. Aku sering terima email spt itu Ning, habis beli online minta review, habis isi survey minta review, aku cuekin aja emailnya .. atau lihat dibagian bawah email klo ada tulisan “unsub” .

  2. Sering juga terima dari jasa lain. Memang mengganggu sih. Biasanya kumasukkan ke spam atau delete all.

  3. Dulu aku suka pakai traveloka soalnya kalau check in online gampang. Tapi sekarang kalau beli tiket lebih suka pake tokped biar dapet cashback (kagak mau rugi amat lu din) πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

  4. Hahhaha emang ngeselin ya kalau trus2an dikirimin email. Aku masukin spam langsung biasanya kalau kek gini2

  5. saya pernah daftar suatu aplikasi dan ternyata gaksengaja atau memang saya gaktau, kepencet tombol langganan eh spammasuk terus

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: