Haseeek, akhirnya saya ngerasain lagi hal yang lagi trend di kalangan orang-orang: mudik! Sebagai anak yang sudah ngga punya orang tua dan ngga ada kampung halaman, biasanya kalo pas musim Lebaran gini saya ngendon aja di Jakarta. Untung saja status sudah ngga sendiri, dengan suami yang punya kampung di Jogja.
Seperti layaknya orang kantoran, saya dan suami baru libur mulai hari Sabtu 1 Juni lalu. Jam 7 lewat 15 menit kami mulai jalan dari Kalibata City. Seperti yang sudah diduga, Cikampek padat merayap. Parah sih macetnya, hampir sampai jam 11 siang tapi untung kami kebagian jalur contra flow alias mlipir lewat jalur berlawanan secara legal. Pas saya lewat, contra flow yang dibuka baru 1 lajur, tapi pak polisi sedang membukakan lajur baru jadi nantinya akan ada 2 lajur contra flow.
Lebih hepi lagi pas masuk Karawang, ternyata jalur tol sebelah dibuka bebas untuk kendaraan yang melaju dari Jakarta alias one way. Beneran itu taktik one way sangat membantu banget karena jalanan jadi lancar jaya. Beberapa kali malah suami bisa melaju sampai kecepatan 120 km/jam saking kosongnya jalan. Suami sampe komentar
“Ini mah serasa kayak nyetir di Amerika, bisa kecepatan segini.”
“Tanpa kuatir kena denda speeding, pula” timpal saya
Sebelumnya kami menyangka jalur one way hanya dibuka sampai Brebes. Lha ini kok selepas Brebes masih bisa jalan terus.. Tegal, Pekalongan.. terlewati dengan ngebut. Ealah ternyata hari itu jalur satu arah dibuka sampai Kalikangkung, Semarang.

Kami menginjakkan kaki di Jogja kurang lebih jam 19.00. 12 jam perjalanan, not bad at all, mengingat tahun 2016 dulu kami menghabiskan waktu hampir 18 jam di jalan!
Biaya tol kira-kira 391 ribu rupiah, plus bensin 250 ribu jadi total biaya mudik sekali jalan hanya 641.000. Wow, biaya yang relatif murah 😀
Kalau kalian gimana? Tahun ini mudik ngga? Share donk cerita mudiknya