“Ntar gw follow up ya, Put. Siang ini gw mau ke panti asuhan dulu.”
Demikian WhatsApp rekan kerja saya pada suatu siang. Memang, jam kerja kantor saya yang fleksibel memungkinkan kami buat kerja dari rumah alias remote working. Jadi kalau memang sedang ada keperluan, ga datang ke kantor pun ga apa-apa.
Tapi bukan, bukan masalah remote working ini yang sedang ingin saya bahas. Melainkan kata-kata sang teman yang bilang bahwa dia sedang di panti asuhan. Mendadak ingatan saya dibawa ke masa kecil, di mana orang tua saya kerap mengajak berkunjung ke panti, bersalaman dengan teman-teman sebaya, mengundang mereka pengajian atau berbuka bersama di rumah. Di usia dewasa ini, dengan sedikit malu saya akui bahwa belum pernah sekalipun saya berkunjung ke panti.
Makanya pas membaca pesan teman ini saya tergerak buat nanya-nanya lebih lanjut. Beberapa hari kemudian setelah ketemu langsung, teman saya cerita bahwa ia dan istrinya beberapa kali mengajak putri kecilnya main ke panti asuhan. Kebetulan yang habis ia kunjungi itu namanya Yayasan Sayap Ibu.
Namanya juga saya, begitu mendapat sedikit trigger pasti langsung bergerak sendiri. Dalam hitungan hari, saya melempar ide kunjungan ke teman-teman kantor yang langsung ditanggapi dengan baik. Yay! Hasilnya hari ini saya dan tiga teman lain menghabiskan hari terakhir sebelum puasa Ramadhan dengan main ke panti asuhan.
Panti yang kami pilih memang sengaja yang berlokasi di Bintaro, dengan pertimbangan kalau yang di Jakarta pasti sudah banyak dikunjungi orang. Kami sampai di panti sekitar jam 14.20, waktu yang tepat karena ternyata jamnya anak-anak tidur siang sudah selesai dan saatnya bermain. Oya, Yayasan Sayap Ibu Bintaro ini merupakan wadah anak-anak yatim piatu dengan disabilitas. Jadi anak-anak yang kami kunjungi memang spesial. Beberapa di antaranya hanya bisa bergerak dengan bantuan kursi roda. Yang lainnya tidak bisa mengungkapkan maksudnya dengan kata-kata. Ada juga yang hanya bisa berkomunikasi dengan berteriak-teriak.
Apapun kondisinya, pihak panti selalu sabar menangani mereka. Mulai dari bapak pengurus, penjaga keamanan sampai dengan mbak dan mas volunteer. Iya, sewaktu kami berkunjung ada beberapa mbak-mbak muda yang meluangkan waktunya untuk berjaga di panti tersebut. Ngapain aja? Mulai dari mengajak main, menyuapi makanan, mendorong kursi roda, menyetel musik, menari, sampai juga bersih-bersih. Salut!
Saya dan teman-teman tidak terlalu lama berinteraksi di panti karena salah satu teman ada jadwal ibadah sore di Gereja di Senayan City. Teman lainnya lagi harus sudah sampai rumah sebelum Maghrib karena malam ini merupakan Tarawih hari pertama. Waktu yang singkat itu ternyata cukup bagi kami semua. Malah ada yang mengusulkan untuk menjadikan kunjungan seperti ini sebagai agenda rutin. Entah ke panti asuhan lagi, ke panti jompo atau mungkin ke panti-panti lain. Saya sih jelas setuju-setuju saja 🙂
PS: saya sengaja tidak memasang foto untuk blog post kali ini karena momen yang kami lewati bersama terasa lebih indah dilalui langsung ketimbang diabadikan melalui kamera.