“Kamu emang roti tawar, mbaaa..”

Gitu kata Ica, komentar tentang IG story saya yang nge-share postingan IG-nya @introvertdoodles. Iya, selain roti tawar, menurut gambar di atas (jangan lupa digeser postingan IG-nya) tuh saya juga mirip seperti kura-kura :D.
Walopun konon kabarnya sih analisa ala Myers-Briggs Type Indicator alias MBTI ini ngga ada dasar ilmiahnya, tapi saya tetep aja seneng ngebacain tafsir karakter beginian.
Dilihat sekilas, saya yakin kalo orang-orang di sekitar ga percaya bahwa saya ini tipe introvert. Gimana engga, aktivitas sehari-hari memang menuntut saya buat ketemu orang, ngobrol, interaksi, bikin catatan, bertanya-jawab dan juga tukar pikiran. Bukan berarti keseharian saya ini palsu atau dibuat-buat ya, hehe. I genuinely enjoy being around people.. but still need some time alone to recharge.
During the last six months I notice that my energy drains fast right every weekend. Jum’at malam setiap pulang kantor biasanya saya mendadak merasa capek, ga punya energi buat melakukan apapun selain makan malam lalu tidur sampai keesokan siangnya. Sabtu dan Minggu adalah waktu khusus buat re-charge kembali, bisa dengan ikut latihan nari, baca buku, makan enak, atau sekedar di kamar dan ngga ngapa-ngapain.
Tapi gini gini ternyata kadar ke-introvert-an saya lebih sedikit ketimbang suami. Berkebalikan dengan saya, biasanya dia benar-benar akan menghindari acara yang mengharuskan ngobrol dengan orang. Kebahagiaannya terletak pada interaksi dengan benda mati seperti laptop dan komputer ketimbang benda hidup seperti manusia. Untung aja sampai saat ini dia masih bahagia ketemu saya :D.
Kalo saya baca-baca tuh ya, beberapa cara yang dibutuhkan seorang introvert buat ngisi batere ada banyak: ngobrol dengan orang terdekat, melakukan hobi, dengerin musik, baca.. Atau nulis.
Jadi inget.. Duluuuu, waktu jaman wawancara buat masuk kerja di kantor yang ini tuh sempet ditanya
“Pas punya waktu luang biasanya kamu ngapain?”
To which I replied
“Traveling.. blogging.. I like writing about any random thing.”
Sekarang tuh baru kepikiran, pantesan kok dari dulu saya seneng nulis. I unconsciously had writing as an outlet to express myself since long time ago. Even though sometimes I worry if the reader resonates with anything I write, if what I said was good or correct, and if I had the grammatical error in my blog posts. But still, I can’t stop writing. Coz like I told my friend : write like no one is reading.
How about you? Do you have any specific outlet to express yourself?