“How much do you rate your happiness level from 1-10 scale?” her eyes meet mine.
“Uhm.. 8,5 or 9, maybe” Me. Answering the question steadily.
Demikian cuplikan diskusi dengan Ms. F, seorang konsultan yang rutin datang ke kantor untuk menerima curhatan-curhatan kami semua. Kisah tentang beliau udah pernah saya singgung sedikit di blog post yang ini nih.
Kali ini dengan sabar beliau menanyakan semua aspek dalam hidup saya mulai dari project yang saya pegang, hubungan kerja dengan tim, klien, atasan dan lain-lain. Trus beranjak ke pembicaraan mengenai suami, saudara kandung dan ipar. All is good, I said.
Kebetulan beberapa hari sebelumnya saya sempet bilang ke suami saya
“Aku tadi mikir, hidupku ini cukup banget. Rumah ada. Makan bisa aja milih-milih mau makan apa. Kerjaan.. ada. Suami yang sayang dan aku sayang juga ada. Pas. Ga berlebih.”
Hal yang sama juga saya sampaikan ke Ms. F
“Saya merasa beruntung karena.. Suami ada. If I have a bad day, saya tinggal pulang lalu pas tidur minta dipeluk suami. Langsung perasaan yang ga tenang atau banyak pikiran jadi hilang. Trus juga kalau mau makan, mau milih makan apa juga terserah saya. Kopi, apa lagi. My happiness is coffee, book and traveling.”
Ms. F langsung mencatat di laptopnya sambil bergumam.
“Hmm.. interesting. No wonder your happiness level is high coz you’ve found your happiness formula. Maybe it’s time for me to seek one.”
Yep. My happiness formula is so simple and easy: coffee, book, traveling.. and of course: HUSBAND.