Archive for January, 2019

January 27, 2019

Laut Bercerita – Leila S. Chudori

Matilah engkau mati

Kau akan lahir berkali-kali

Demikian nukilan puisi Sutardji Calzoum Bachri ini diucap, ditafsirkan dan diolah di bawah sadar sang tokoh utama: Biru Laut. Nama yang bagus dan tidak biasa ya? Buku ini memang bercerita tentang kehidupan dan kematian Laut di bagian pertama. Kisah dan deskripsi kejadian dinarasikan oleh dirinya sendiri semasa hidup dan setelah mati.

Laut adalah seorang mahasiswa yang kritis, suka membaca, berpikir dan juga berdiskusi. Sayang, kekritisannya ini mengambil waktu dan tempat yang tidak tepat. Alhasil dirinya lenyap tanpa jejak, meninggalkan pertanyaan besar bagi adik semata wayang dan kedua orang tuanya. Sedih, perih, karena semua serba ga pasti apakah Laut masih hidup atau sudah tiada. Dialog-dialog sederhana antara Bapak, Ibu dan Mara sang adik, sukses membuat air mata saya menggenang.

“Mas Laut ndak suka kalau pisaunya bau bawang. Harus bersih…”

“.. kalau kita semua pergi nanti Mas Laut datang, rumah kosong.”

Yep, the loss of their child has forever transformed their thoughts and dreams. It shifts the perspective of the life they thought they had. Their sole daughter, Mara, has her own rationale thinking. Not only once she tried to bring the topic to discuss with her parents clearly, sensibly, and logically. Still, Bapak and Ibu opt to stay in the denial mode, the thing that I as a reader can’t blame.

Saya pernah membaca di sebuah kanal berita bahwa Leila S. Chudori memang memutuskan untuk mengambil sudut pandang Mara karena ia lebih logis dan kuat secara batin.

“Tak mungkin saya menceritakan dari sisi ibu Laut, karena bisa-bisa saya menangis sendiri saat menuliskannya.”

Kurang lebih begitu kata Leila, yang memang masuk akal. Karena kadang ketidakpastian lebih menyakitkan ketimbang kematian, terutama bagi orang tua yang kehilangan anaknya.

Alur cerita buku ini bersifat maju mundur, namun tidak membingungkan. Latar belakang lokasi pun beragam, mulai dari Jogja, Solo, Ciputat, bahkan sampai Sumatera. Menarik, realistis namun juga pahit. Sungguh khas Leila.

January 20, 2019

How’s Life?

What’s new and exciting? Well.. a lot, I must say.

Tahun 2019 ini dibuka dengan beberapa kebiasaan baru.

  1. Kencan reguler. Pernah denger taktik gimana caranya supaya tetep semangat di hari kerja? Dalam kasus ini ternyata solusinya mudah saja: bikin jadwal kentjan mingguan di penghujung minggu. Jadilah setiap Jum’at malam saya dijemput suami buat makan malam, nonton dan pulang bareng. Buat yang sehari-hari biasa pulang pergi kantor sendiri, dijemput itu ternyata sangat menyenangkan. Apalagi disambung dengan nyobain tempat makan baru dan nonton bioskop.. Serasa kayak pacaran lagi, hihihi.
  2. Baca buku elektronik di kereta. Gara-gara di pagi hari biasanya saya menghabiskan waktu 1 jam lebih gelantungan di kereta, mau ga mau jadi mikir bahwa waktu harus dihabiskan secara produktif. Yasud, kebiasaan beli buku di kindle pun dimulai kembali. Buku pertama yang dibeli: Becoming by Michelle Obama.
  3. Spend the weekend wisely. Aktivitas sehari-hari di kantor kadang bikin ga sempet chatting sama suami sama sekali. Makanya trus saya tebus dengan kencan mingguan :D. Namun ternyata itupun masih kurang, jadi kami tambah dengan menikmati akhir pekan berdua saja di rumah. Hasilnya, langganan Netflix saya termanfaatkan dengan maksimal. Kalo pas suami nonton sendiri, pilihannya antara lain seputaran anime dan dokumentari sejarah. Sebaliknya, saya lebih suka tontonan semacam Black Mirror, YOU, 13 Reasons Why, Stranger Things dan tontonan lain yang populer. Tapi ya, walopun selera kami sangat berbeda ternyata tetep ada series yang bisa kami tonton bareng seperti: 7 Days Out, Stay Here, Sex Education, American Vandal, Tidying Up with Marie Kondo.

Sebenernya ada satu lagi kebiasaan yang sudah direncanakan tapi terancam batal: sebulan sekali pergi liburan keluar kota. Hasil yang lalu-lalu, kami udah ke Lombok, Kepulauan Seribu dan Cirebon. Yang ini sudah batal sekali di bulan Desember gara-gara long weekend dan harga tiket dan hotel ke mana-mana mahal sekali, not worth the effort and the price. Trus di bulan Januari ini juga besar kemungkinan ga ke mana-mana gara-gara musim hujan. Atau mungkin ada saran lokasi liburan yang ga jauh dari Jakarta? Boleh lho ditulis di kolom komentar 😀