Archive for March, 2018

March 25, 2018

Harmony Day Workshop di St Anthony’s Primary School

Australia itu multikultural. Beragam etnis, kebudayaan, gaya hidup dan bahkan bahasanya bermacam-macam. Yang saya sukai dari Australia, dan juga Amerika, tempat saya pernah tinggal dulu, adalah semua perbedaan itu dihargai. Saya pernah minta pendapat salah satu mahasiswa PhD Unimelb untuk keperluan penulisan OZIP Magazine, dan ada satu kalimat yang saya suka: everyone’s differences are celebrated.

Keberagaman ini bahkan sudah dikenalkan pada anak-anak sejak masih usia dini. Salah satu yang saya lihat langsung ya di St Anthony’s Primary School, sekolah yang baru-baru ini mengundang Bhinneka untuk mengisi workshop dalam rangka Harmony Day. Baru kali ini saya melihat sekolah yang benar-benar bervariasi. Rasanya anak-anak dari berbagai negara dan etnis ada di situ, mulai dari kulit sawo busuk kayak saya, kulit putih Asia, kaukasian sampai yang eksotis dan kulitnya keren banget. Sayang karena di lingkungan sekolah, saya dilarang keras mengambil foto mereka.

IMG_0015.jpg

Hari itu, seperti biasa kalo lagi workshop, saya berangkat pagi buta. Matahari di sini baru terbit sekitar jam 7.20-an, saya jam 6 lebih udah keluar dari apartemen pake baju hitam, celana hitam, kerudung hitam dan jaket hitam. Ga beda jauh sama maling.

Ketemuan sama teman di stasiun Southern Cross, saya dan si teman berangkat bareng menuju stasiun Noble Park untuk kemudian dijemput pihak sekolah. Workshop kali ini berlangsung dengan repetisi sebagai berikut:

  1. Nari penuh 1 putaran
  2. Buka kesempatan untuk bocah-bocah itu bertanya
  3. Ngajarin satu gerakan sederhana
  4. Ulangi langkah ketiga diiringi gendang
  5. Ngajarin gerakan lain
  6. Ulangi langkah kelima dengan gendang
  7. Mengulangi gerakan nomor 3 dan nomor 5 bareng krucils
  8. Makein kostum ke anak-anak
  9. Nari bareng anak-anak yang berkostum
  10. Ulangi lagi langkah no 9 dengan lebih cepat

Udah?

Hooo tentu belum donk. Itu sepuluh iterasi di atas diulang sebanyak 4 kali dengan kelompok murid yang berbeda. Saya jamin, habis workshop pasti berat badan turun, ya sekitar 5 sampe 10 ons-an lah, itupun kalo ngga dibalas dengan makan siang yang kalap. Gara-gara syarat dan ketentuan yang di-bold itulah workshop dan berat badan saya nggak pernah berbanding terbalik. Gimana mo turun, wong pulang workshop trus ngganyang macem-macem. Ealah mbaknya malah curhat.

Setelah empat sesi selesai dan saatnya beranjak pulang rombongan tim workshop udah pada tepar. Beberapa di antaranya langsung ketiduran di kereta pas balik ke Melbourne. Oya, sekolah ini berlokasi di Noble Park yang berjarak kurang lebih 40 menit naik kereta. Lumayan lah ya buat bobok-bobok bentar.

Begitu sampe rumah pokoknya saya langsung tepar, ga kuat ngapa-ngapain lagi. Kapok? Engga lah 😀

March 15, 2018

Rambling Thought

I love being myself. I have no obligation to seek validation from others. I’m into a thought that silence can be a gift, and some people surely need wisdom to know when it is necessary. People will talk, they always have and always will. I’m fully aware that no matter what I do, I say, the way I behave, what kind of tops and bottoms I wear, the decisions I make, will always be observed and criticized by others. Most of my experiences told me that the more people care about their own appearance, the sharper they judge others’. They insist others to be as ‘stylish‘ as them, as ‘elegant‘, ‘classy‘ and whateva they perceive as ‘beautiful‘.

I don’t think I can afford to spend time concerning your response about me. Your opinion absolutely has nothing to do with me. Thank you.

March 12, 2018

Things I’m Grateful for Today (1)

Heyaaa! Hari ini hari Senin. Week 3 baru aja mulai. Tapi entah kenapa rasanya kayak bukan Week 3 saking banyaknya tugas. Walopun berbagai kesibukan ini bikin saya jadi penghuni tetap perpustakaan dan pengunjung setia Seven Seeds demi secangkir flat white, banyaaak hal yang bisa saya syukuri.

OZIP Assignment

Di Melbourne ada Moomba Festival, sebuah acara tahunan gratis nan meriah yang diadakan selama tiga hari berturut-turut dari Jum’at malam sampai Senin malam. Sengaja sampe Senin soalnya hari Senin ini kebetulan libur nasional, tepatnya bernama labour day. Labour Day di Australia tanggalnya berbeda-beda, tergantung state, nah kebetulan di state Victoria ini jatuh di hari Senin kedua di bulan Maret.

Puncak Moomba Festival adalah Moomba Parade, yang diadakan hari Senin pagi. Saya kebagian tugas liputan nulis tentang Moomba Festival ini untuk OZIP Magazine. Bahkan saya udah ngajak teman untuk nonton bareng Moomba Parade. Ternyata oh ternyata, semua hanya tinggal rencana. Persis di jam Moomba Parade diadakan ternyata saya harus kerja kelompok. Oh no!

Untungnya yaa. Untuuung banget banget banget.. Si teman yang awalnya saya ajak itu ga keberatan pergi sendiri. Dan bahkan dia juga bersedia saya mintain tolong buat ambil foto-foto.

“Please take good pictures for me. I need those for my article.” saya bilang ke dia

“No worries, Putri. No worries.”

Balik-balik dari parade dia nunjukin beberapa hasil jepretannya yang bagus-bagus. Saya sampe bilang ke dia

“You saved me. Thank you very much.. Thank you!”

 

Service Management and Innovation Assignment

Salah satu mata kuliah yang saya ambil kali ini berjudul Service Management and Innovation yang diajar oleh pak Sentimen Amerika yang saya gosipin di blog post yang ini. Quiz, tugas, presentasi dan analisa yang dikasih ngga tanggung-tanggung. Dua minggu sekali ada kuis. Seminggu sekali bikin analisa performance untuk perusahaan, sekaligus langsung eksekusi di LINKS, semacam simulator untuk manager. Di tengah-tengah semester ada kompetisi antar kelompok. Belum lagi di akhir semester ada presentasi akhir. Ditutup dengan ujian. Yassalam…

Trus kok mau?

Habis gimana lagi. Dosennya menarik sih. Trus juga si pak Sentimen Amerika ini menjalin kerjasama dengan ANZ buat kompetisi tersebut di atas. Mendengar nama ANZ, jujur, kuping saya langsung tegak berdiri. Hihihi, maklumin ya, abis kelar kuliah saya jadi pengangguran nih. Jadi apapun yang bisa mempercantik CV, langsung saya hajar. Termasuk mengorbankan diri saya buat daftar mata kuliah ini.

Oya, beda dengan mata kuliah lain, buat enroll ke subject ini kita harus pitch diri kita sendiri ke pak Sentimen Amerika. Peminat kudu kirim transkrip plus beberapa ratus kata tentang kenapa kita tertarik pengen belajar mata kuliah ini dan gimana diri kita kalo kerja kelompok. Inilah yang namanya jual diri. It seems that the way I present myself was convincing enough, made him picked me among others. 

Deadline untuk tugas kelompok mingguan ini sebenernya Selasa malam. Kelompok saya mulai kerja bareng dari Jumat pagi. Lanjut hari Minggu siang sampe malam. Lanjut lagi Senin pagi sampe siang. Lanjut lagi Senin malam. Kepotong-potong begitu soalnya jadwal kelas kami semua beda-beda. Saya kebagian kelompok yang isinya cowok semua, sebut saja A, B dan C.

Kenapa saya beruntung? Karena saya denger dari temen lain

“Oh, A is your group mate? He’s good! I was his team in Emerging class during last semester and he’s very good.”

Ada lagi temen yang bilang

“I know C. I was in his group during my first semester. He always submits his part on time. You don’t even need to proofread his part. It was perfect.”

Girang donk saya. Makin girang lagi pas baru aja saya balik lagi buat kerja kelompok setelah habis kelas malam, tahu-tahu si B bilang

“You can go home now, Putri. I will do the report and submit the simulation tonight.”

I was like.. How on earth I can be so lucky like now? Sekarang ini aja saya nge-blog sambil liatin si B ngupdate report di Google Docs. A kebetulan lagi ada kerja kelompok mata kuliah lain, sementara si C lagi kuliah. Memang malam ini yang available hanya saya dan B. Saya mikirnya, jelek-jeleknya besok saya harus kerja kelompok lagi. Ealah ternyata pas saya ada kelas tadi siang, mayoritas pekerjaan udah di-handle sama A.

Alhamdulillaaaaah…

March 11, 2018

Wilsons Promontory Tour Bareng AAS

20180310_123532

Sendiri aja, Neng? Kek telpon umum

Mahasiswa di Melbourne pada umumnya terdiri dari tiga kategori: penerima beasiswa LPDP, Australia Awards atau YAI alias Yayasan Ayah dan Ibu. Ada juga sih beasiswa kantor kayak beasiswa yang dulu diperoleh suami saya, tapi dikit banget jumlahnya. Australia Awards Scholarship alias AAS termasuk lembaga yang cukup ramah buat penerimanya. Mereka sering ngadain acara jalan-jalan dengan harga tiket yang lumayan murah.

Salah satunya adalah trip kali ini: jalan-jalan ke Wilsons Promontory, sebuah National park yang berjarak kurang lebih 3 jam dari city. Harga tiket untuk peserta non AAS hanya sebesar AUD 36. Dan memang dari dulu saya pengen banget ke Wilsons Promontory atau yang biasa disebut The Prom ini, jadi ya ga heran kalo saya langsung daftar.

Berbekal keripik kentang, seporsi besar nasi goreng asparagus (buat makan siang dan makan malam), chia pudding dan air putih, tentunya, saya pun siap menjelajah bersama AAS family. Bus berangkat dari kampus jam 7.30 pagi dan mendarat di tempat tujuan pertama jam 11.45.

Squeaky beach, pantai yang bagus banget ini disebut squeaky karena dipenuhi kerang-kerangan yang kalo diinjek bunyi renyah kayak kalo kita gigit kerupuk gitu. Di pantai ini banyak banget keluarga dan pasangan muda yang berenang, main pasir, menyelam, atau sekedar telentang menikmati matahari. Saya juga akhirnya cuma tidur-tiduran di atas batu karang dengan pakaian lengkap. Males mau cebur-ceburan di pantai, soalnya pake sepatu keds.

Kenapa pake keds? Karena di tujuan berikutnya kita akan hiking. Pukul 13.20 kami semua harus berkumpul lagi untuk dibawa ke tujuan berikutnya. Di sini ada beberapa track yang bisa dilewati, mulai dari yang sederhana sampai yang aduhai capeknya. Saya pilih yang terakhir: medan sepanjang 3.5 kilometer dengan jalur yang sama sekali ga ada yang rata alias menanjak abis yang terkenal dengan sebutan Mt. Oberon summit walk.

Rasanya hampir tiap ada belokan yang menanjak curam trus saya berhenti dulu. Mungkin saya ada 10 kali berhenti di beberapa titik gara-gara kehabisan nafas.  Nyerah jelas bukan opsi, soalnya ini kesempatan terakhir jalan-jalan sebelum sibuk nge-date sama tugas.

20180310_161310

Pemandangan ini nih yang saya kejar

 

Setelah kembali ke Melbourne saya nyaris ngga bisa jalan saking kaku dan pegal di mana-mana. Bahkan sampai kerasa demam segala lho! Untung aja setelah mandi air panas, makan dan minum teh panas lalu tidur trus besoknya jadi baik-baik saja. Dasar memang ngga pernah olahraga!

Mau nyoba ke sini? Boleh, asal dipastikan kondisi badannya fit supaya nggak menggeh-menggeh kayak saya 😀