My #1 Fan

Tebak hayo siapa fans terbesar saya? Bukan suami lho ternyata, tapi teman berkebangsaan Thailand: Por. Ngga dink, ini hanya becandaan saya ke Por yang bilang bahwa diam-diam Por ini nge-fans sama saya.

20171116_201425

Por, my number one fan

Sama seperti Emma yang saya ceritain di post yang ini, Por juga lulus akhir tahun 2017. Iya, satu per satu teman dekat saya akhirnya pergi, hiks. Beda dengan Emma, saya kenal Por justru baru semester ini. Dia ini temannya salah satu teman dekat saya, Davian. Bingung ngga dengan tali rantai pertemanan yang saya sebutin? Hehehe. Jadi semester sebelumnya, Por sekelompok di mata kuliah Enterprise System dengan Davian. Davian pula lah yang mengenalkan saya pada Por karena kita bertiga satu kelas di mata kuliah Impact of Digitisation.

Trus waktu saya kebingungan cari korban yang bisa diajak jalan-jalan ke Canberra, entah kenapa nama Por mendadak terlintas di ingatan saya. Udah gitu dia anaknya pasrahan, pula. Jadi ditarik ke Canberra juga mau-mau aja. Por ini temen ngobrol saya selama di bis malam antar kota antar propinsi: Melbourne – Canberra. Trus dia juga yang  motretin saya di depan plang Autralian National University dan sama-sama sedikit nyasar  selama menjelajah Canberra berdua sebelum ketemu Rissa dan Ica.

photo6220033726570670047

Semester berjalan, ternyata saya menemukan beberapa kesamaan lagi. Kami sama-sama suka nangkring di perpustakaan kampus. Bahkan pernah beberapa kali kami menginap di perpus, walaupun masing-masing mengerjakan tugas yang berbeda. Saya masih inget banget tuh, satu saat saya pulang jam 6 pagi sementara Por masih merengut di depan layar pas saya pamit pulang.

Setelah istirahat, makan, mandi dan tidur-tidur dikit, jam 10 saya balik ke perpus yang sama. Por baru muncul beberapa jam kemudian. Saya tanya, dia ternyata baru pulang jam 8 pagi, 2 jam setelah saya.

Hari berganti, saya dan Por kadang suka saling bertanya di WhatsApp, walaupun udah saling tahu jawabannya pasti sama-sama lagi ada di Baillieu.

“Where are you?”

Sampai pada akhirnya pertanyaan itu berganti jadi

“I wanna ask THAT QUESTION”

Yep, THAT QUESTION means where are you 😀

Por beberapa kali dengan sedikit paksaan datang nonton saya tampil nari. Dia sampe udah terbiasa kalo saya tiba-tiba kirim pesan

“I will perform tomorrow at 2 pm. Queen Victoria Market. Please come if you have time.” 

Dan memang pada akhirnya dia selalu menyempatkan diri datang. Kalaupun ternyata ga datang, biasanya karena ada keperluan lain. Sambil bercanda dia kirim pesan

“Ah, I’m a bad fan.”

Yang terus saya tanggapi dengan

“Don’t worry, I still consider you as my #1 fan.”

Por juga saya kenalkan dengan beberapa kosa kata bahasa Indonesia seperti: pelet. Bukan apa-apa, ini sebenernya gara-gara Davian, mutual friend kami berdua, sering dapat makanan kecil berupa wafer, kue Chinese atau sekedar permen dari temannya yang kebetulan kebanyakan cewek. Guyon, kami akhirnya menyebut bahwa dia sering dapat pelet, dan ini ngga sengaja didengar oleh Por. Por pun nanya “emang pelet apaan sih?”

Belakangan, karena sering ketemu di perpus, Por dan saya akhirnya saling berbagi snack atau minuman ringan. Jadi deh selain nanya “THAT question”, WhatsApp message kami biasanya dilanjut dengan

“I have pelet for you, although without pelet I know that you love me already.”

Saya masih inget banget, di hari terakhir pertemuan kami beberapa hari lalu, Por sengaja menyempatkan diri nonton saya perform nari di acara sebuah sekolah. Bahkan Por kemudian bersedia saya mintain tolong buat merekam performance kami kali itu. Walopun trus dia protes berat

“Putri, tanganku pegel megangin kameramu terus-terusan. Berat, tahu!”

Berhubung capek dan ngantuk banget, habis perform kali itu saya ga kuat buat ngapa-ngapain lagi. Tapi juga ga mau langsung pulang ke apartemen, soalnya berarti pisah  sama Por. Wong dia udah bela-belain datang nonton masa trus saya tinggal begitu aja? Akhirnya saya ngajak dia buat istirahat tidur siang di mushala kampus. Beberapa jam kemudian pas udah seger lagi, baru deh saya maksa Por keliling kampus buat foto-foto. Kapan lagi bisa maksa anak orang muter keliling kampus 😀

Sekarang sih  saya agak sedih soalnya dalam waktu berdekatan kok dua teman belajar saya tahu-tahu sudah lulus. Gapapa deh, tinggal berharap semoga semester depan saya bisa menemukan teman diskusi dan teman belajar baru.

2 Responses to “My #1 Fan”

  1. Semangat put, you can conquer unimelb with your shine 😀

Trackbacks

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: