Merawat Keragaman Bareng Wimar

“Put.. tanggal 18 Nov bisa dateng acara Wimar Witoelar?” demikian pesan pendek yang saya terima dari Taiyo, OZIP Editor.

Acaranya Wimar, kayaknya menarik nih. Apalagi tanggalnya pas saya lagi habis ujian dan semua deadline (harusnya) sudah kelar. Saya iyain deh akhirnya. Jadi hari Sabtu, 18 November 2017 kemarin, pas banget waktu yang enak buat bobok siang malah jadinya saya udah duduk manis di tram menuju KJRI Melbourne.

Begitu sampai di lokasi ternyata udah banyak yang hadir, dan uniknya mayoritas adalah bukan pelajar, melainkan penduduk Indonesia yang sudah menetap di Melbourne bertahun-tahun lamanya. Hmmm.. menarik. Walaupun begitu ternyata saya berhasil menemukan sosok manusia yang saya kenal, sesama teman LPDP PK-53 juga: Andika. Trus untung juga Andhika bawa temen yang namanya Drajat yang kebetulan belum saya kenal. Lumayan, jadi nambah teman baru.

Sekitar pukul 15.30, acara pun dimulai. Secara keseluruhan, bincang santai ini menarik karena dibawa dengan serius tapi santai. Tahu sendiri khan gaya Wimar kalau berbicara itu suka diselingi guyonan kecil. Dibungkus dengan humor, Wimar merespon satu-persatu pertanyaan dan unek-unek pengunjung.

Pada intinya Wimar menyampaikan bahwa walaupun kesan yang ada luar seakan Indonesia, khususnya Jakarta, seperti makin intoleran, namun sesungguhnya toleransi dan interaksi yang damai itu masih ada. Hanya saja yang belakangan ini tereskpos memang kebanyakan hanya hal-hal negatif.

“Keragaman kita itu ibarat bunga yang berwarna warni, bagus tapi jangan hanya dikagumi.. Ini harus dirawat.” ujar Wimar.

Andhika pun sempat mengutarakan keprihatinannya bahwa sebenarnya smart reader yang mampu mengolah dan memilah berita yang beredar itu jumlahnya cukup banyak, namun kalah dari jumlah yang memilih untuk menyebarkan berita negatif. Wimar setuju dan sekaligus menambahkan hal ini terjadi karena kebanyakan para good guy yang punya intensi baik dan positive thinking pada umumnya sibuk dalam pekerjaan ‘real‘, sementara the bad guy cukup rajin dalam mempromosikan kegiatannya menyebarkan berita negatif dan intoleran karena mereka ini memang pengangguran.

Di akhir perbincangan sebenernya saya tidak berniat untuk minta foto bareng. Tapi kok ya kebetulan Andika trus mempromosikan saya ke panitia.

“Mbak, ini ada jurnalis dari Ozip Magazine mau wawancara.”

Dan bener lho, setelah denger kalo saya dari majalah trus mbak panitia langsung membantu mendorong saya ke depan dan ngasih kesempatan mengajukan pertanyaan secara pribadi. Wow! Alhamdulillaaah…

Udah gitu untung banget juga ada Drajat yang trus cekrak-cekrek buat motretin pas saya wawancara. Jadi ya gitu deh, jurnalis pemula kayak saya pada akhirnya bisa dapat foto keren. Alhamdulillah lagi.

 

Tas adidas kebanggaan saya bahkan bisa ikut nampang bareng Wimar

Trus kapan tulisan resminya dimuat? Terpaksa masih nunggu edisi Desember dulu yaaaa 😀

One Comment to “Merawat Keragaman Bareng Wimar”

  1. Ya sebetulnya di dunia nyata kita interaksinya baik nggak seperti di dunmay…sayang sekali. Seru wawancaranya ya mba

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: