Seperti yang ditulis di blog post yang ini, saya akhirnya langsung bertugas buat datang ke acara festival film pendek yang diadakan oleh ReelOzInd! Merupakan acara yang kedua kalinya digelar, tahun ini ReelOzInd! mengajukan water alias air sebagai tema utama.
Awalnya saya sempat ragu juga sih, wong bukan pemerhati film. Nonton di bioskop aja jarang-jarang, ini kok disuruh ngeliput festival film pendek. Demi apaaaa! Berhubung yang namanya tugas, mau ga mau dijalanin donk ya. Sekalian nambah pengalaman juga.
Saya ke sini ditemenin Teto, fotografer yang bertugas buat jepret-jepret selama acara. Untung banget ada Teto yang memang lebih lama bertugas di Ozip ketimbang saya. Jadi dia juga yang kasih tahu “Biasanya begini, Kak.” atau “Biasanya gitu, Kak.”
Sebelum datang ke acara, jelas saya harus cari tahu dikit donk ya tentang apa yang mau ditulis, termasuk juga PIC acara tersebut, JP. Keterangan lebih lanjut mengenai JP bisa dicek di sini. Yang jelas pas baca profil singkat beliau terus terang saya keder duluan. Sepertinya JP jauh lebih mengenal Indonesia ketimbang saya. Uh oh.
Balik lagi ke festival filmnya, saya datang pas acara belum dimulai jadi sempat memperkenalkan diri ke JP. Ngga banyak nanya sih, cuma kasih tahu siapa saya, terus bilang terima kasih soalnya udah dikasi kesempatan buat datang. She said “Enjoy!”
Turn out I really enjoyed the event.
Konon kata JP di kata sambutannya, “ReelOzInd bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman di antara warga Australia dan Indonesia yang bisa dikemukakan melalui film. Film adalah sebuah media kreatif yang memungkinkan kita untuk berbagi cerita sekaligus membangun hubungan yang lebih baik.”
Malam itu total ada 13 film pendek yang diputar dengan cerita yang beragam. Bahasa pengantarnya juga macam-macam, Indonesia dan Inggris. Malah ada yang pakai bahasa Jawa segala. Saya cukup kagum juga melihat ada karya anak SMA yang ditampilkan. Cool!
Trus yang mana film favorit saya? Salah satunya adalah Aquiescence, karya mahasiswa Binus School of Design. Film ini berkisah tentang sebuah pohon yang menjadi saksi perubahan jaman, mulai dari ekosistem hijau sampai dunia yang penuh polusi dan perang. Menariknya, dalam film ini ada sosok gadis yang mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa selalu hadir dalam keseharian sang pohon. Sweet banget deh.
Dugaan saya, Aquiescence ini diambil dari kata acquiesce. I think the creator wanted to relate acquiesce with aqua or water. Acquiesce essentially means “to comply quietly”. It should not surprise you to learn that it is ultimately derived from the Latin verb quiescere, meaning “to be quiet.”
Tuh, ternyata dari datang ke acara ini aja ada banyak hal baru yang saya pelajari. Tugas liputan saya untuk edisi berikutnya ga kalah menantang: Blues Music Festival. Lagi-lagi… Demi apaaaaa!