Saya ini orangnya rapih. Saking rapihnya semua benda-benda di apartemen jarang ada yang tergeletak begitu saja. Biasanya selalu tersimpan dalam lemari, laci atau minimal wadah deh. Tapi saya ini juga pelupa. Ternyata rapih+wadah+pelupa bukan kombinasi yang bagus *sigh*.
Pengalaman lupa paling baru ya terjadi pas habis balik dari Indonesia 3 minggu lalu. Saya lupa benda-benda disimpan di mana mulai dari sprei, sikat gigi cadangan, kabel data sampai charger laptop. Semua ga ketemu, saking rapihnya saya simpen 😅. Ampuuun, itu Dita sepupu saya sampe ketawa geli lihat ada yang garuk-garuk kepala obrak-abrik wadah di dalam lemari.
Rapih dalam urusan ngatur barang, belum tentu rapih ngurus uang juga. Eh ini kalo saya, hahaha.. Dalam hal keuangan, harus diakui bahwa suami lebih jago dan akhirnya yang memegang pencatatan keuangan. Tugas saya tinggal sekadar mencatat hari ini tanggal segini belanja ini di sini harganya sekian. Sudah, itu saja. Nanti secara berkala saya akan setor transaksinya ke suami untuk dimasukkan ke dalam sistem pencatatan buatannya sendiri.
Gampang? Nggak juga. Kejadian yang mirip-mirip dengan percakapan di bawah ini ga hanya terjadi sekali atau dua kali.
Iya, percakapan di atas biasanya terjadi kalau suami menemukan selisih dalam pencatatan transaksi saya makanya dia nanya saya beli benda A di mana, kapan dan bayarnya pakai kartu atau tunai. Soalnya sering saya tulis bayar tunai padahal pakai kartu, atau bayarnya beneran tunai tapi nominalnya keliru. Kejadian di atas itu, jangankan lokasi beli, saya bahkan ngga inget waktu itu sempat beli minum. Hadeuh. Kalo udah ditagih begini dan saya udah puas merenung tapi hasilnya sia-sia alias lupa, akhirnya suami juga putus asa trus meng-update financial sheet-nya dengan kata-kata “Penyesuaian Dompet” dengan nominal sekian dolar.
Gara-gara lupaan begini ini khan saya jadi penasaran, sebenernya apa sih yang mempengaruhi memori manusia, bagaimana sebuah memori terbentuk dan apa yang menyebabkan daya ingat kita turun. Jadi deh saya iseng baca buku Remember When?: The Science of Memory keluaran Scientific American. Menurut buku ini setiap kali kita melakukan sesuatu, saat itu ada dua sel otak yang berinteraksi dan membentuk jaringan memori yang diperkuat oleh protein bernama myelin, atau lebih seringnya sih disebut dengan istilah white matter. Sayangnya, makin tua umur manusia, si white matter ini juga makin turun kualitasnya.
Menariknya, salah satu contoh yang disebut secara signifikan membantu penguatan white matter adalah main piano! Apalagi kalau sudah terlatih memainkan instrumen musik sejak kecil, konon white matter-nya lebih bagus ketimbang orang yang baru belajar di usia lebih tua. Beruntung nih buat temen-temen yang bisa main piano, kemungkinan lupaan kayak saya jadi makin kecil.
Sekarang saya agak kuatir sendiri, ini kalo semester baru udah dimulai bakal gimana ngerjain tugas dan exam ya. Wish me luck, doakan semoga saya bisa bertahan di semester ini tanpa ginko biloba 💪
Leave a Reply