Archive for February 11th, 2017

February 11, 2017

Tiga Hari di Hobart, Tasmania

Sebetulnya sudah lama saya kepengen banget jalan-jalan ke New Zealand tapi apa daya dulu cuti saya dan suami ngga pernah klop. Saya bisa libur, suami pas sibuk atau sebaliknya, jadwal suami agak longgar pas saya harus nge-deploy project baru. Ya sudahlah ya akhirnya dipendam dulu itu mimpi NZ-nya sampai entah kapan.

Nah konon kabarnya ada negara bagian di Australia yang seindah alam New Zealand: Tasmania. Kalau dicek di peta, lokasi Tasmania ini nyempil sendirian di bawah gitu dan kok ya kebetulan deket dari Melbourne. Udah gitu suatu saat saya dapat e-mail promo maskapai JetStar, ada penawaran Melb-Hobart cuma AUD 25. Hobart ini nama salah satu kota besar di Tasmania. Sikat? Jelas! Wong Melb-Hobart itu minimal AUD 55, kalo lagi beruntung bisa sih AUD 45.

Pergi sama siapa ke Tasmania? Sayang sekali untuk kali ini saya bukan pergi bareng suami, melainkan sama sepupu: Dita. Trus udah gitu Dita ini curang, menyerahkan itinerary sepenuh hati pada saya. Katanya “Lo khan tukang jalan, mbak…”

Baiklah. Jadi ini dia itinerary bikinan si tukang jalan.

Hari Pertama

Begitu mendarat di Hobart, saya celingukan nyari shuttle bis yang sudah dipesan yang namanya Tasmania Redline. Lha kok di depan bandara adanya cuma City Transfer gitu, Redline-nya mana? Udah gitu papan penunjuk jalan di bandara juga ngga terlalu membantu. Akhirnya saya nanya pak supir, yang terus dia bilang “Yes, that’s us”. Ealah pak’e, kenapa ga ada tulisannya Redline sih.

Pak sopir bis-nya nanyain tiap penumpang mau turun di mana. Saya sebenernya ngga yakin sih bakalan di-drop di tempat yang tepat. Eh tapi beneran lho ternyata, kami diturunkan di titik yang berjarak hanya 500 meter dari hotel. Kamar yang saya pesan waktu itu tuh private room dengan shared bathroom di Imperial Backpackers Hotel. Hotel ini layak direkomendasikan kok. Deket dari mana-mana, kamarnya juga nyaman, trus walaupun kamar mandinya share dengan orang lain, pada kenyataannya kami ngga pernah ketemu penghuni lain.

Habis check in sebelum waktunya (untung boleh), saya dan Dita naruh tas lalu langsung berangkat untuk jalan-jalan dengan tema: Garden. Tujuan utama kali ini sih ke Royal Tasmanian Botanical Garden, eh ternyata di tengah jalan ketemu taman besar yang bagus: University Rose Garden. Udah gitu suasanya mirip kayak di Syracuse pula, jadinya malah foto-foto di situ deh.

 photo 62317012-684A-4291-BA78-95AC5894CD65_zpsktgkbicj.jpg

 photo 49F37DB0-52C1-4F26-9872-E3A3A1DD36DF_zpsu1zyawqf.jpg

 photo FE846757-81BC-4A66-A23E-CF1C4B4AAD7A_zpsowgru1k0.jpg

Ada yang bisa nebak apa highlight hari pertama? Bukan taman dan juga bukan makanan, melainkan kaki gempor. Bayangin, menurut aplikasi Health di iPhone saya, hari itu saya berjalan kaki 21.886 langkah! Boleh donk kalau saya ngarep bisa agak kurusan.

Hari Kedua

Si tukang jalan kali ini agak bimbang dan ragu dalam memilih tour untuk naik gunung. Naik gunung kok pake tour? Maklumin yah, kita berdua ini udah agak berusia lanjut, badan juga kurang fit, wong malem-malem aja sibuk ngurut-urut kaki. Boro-boro mau hiking, jalan kaki dua puluh satu ribu langkah aja berakibat Dita sibuk oles minyak menyan. PS: sori ya, Ta, ini blog-ku jadi kalo kamu agak dijelek-jelekin dikit ya udahlah terima aja :p

 photo D739BA4B-2723-4450-8BC7-DE78C22103FA_zpspslio9dl.jpg

Tema hari ini adalah: Mountain. Saya pesan tour dari Viator yang katanya mau ngajak jalan-jalan ke Mount Wellington dan beberapa tempat lain. Ini ternyata trus jadi private tour buat kami berdua karena ngga ada peserta tour lain! Seru sih, apalagi si bapak sopirnya juga ramah dan suka cerita. Sayang saat itu Mount Wellington sedang muram-muramnya, praktis ngga bisa lihat apapun di tengah kabut. Tapi gitu aja pemandangannya bagus lho, ga bisa ngebayangin kalo cuaca cerah bakal sebagus apa.

Di tengah perjalanan kami juga diceritain soal kebakaran hebat yang ternyata terjadi tepat 50 tahun yang lalu di hari itu. Habis dari Mount Wellington si bapak nganterin kami ke Cascades Female Factory, bekas penjara wanita yang para tahanannya juga sekaligus dikaryakan sebagai pekerja pabrik. Tour-nya ternyata hanya setengah hari yang akibatnya adalah jam 12 siang kami sudah selesai jalan-jalan.

Googling punya googling, saya pun memutuskan on the spot bahwa kami harus ke Mount Nelson naik bus kota!
 photo 40B2EFB4-DEF4-4A1B-B739-D574B71A8998_zpsoxo5bvd3.jpg

Keputusan yang ternyata sangat benar. Gila, pemandangan di Mount Nelson ternyata BAGUS BANGET. Sampe-sampe ga sante nih nulisnya.

 photo 79C8CF76-B7B2-43EC-845A-442F1CADD1A0_zpswftdbn07.jpg

 photo C472E4F4-7D86-4056-AE41-712D254F9773_zpss42etmbu.jpg

Belum lagi kafe di Mount Nelson ternyata menawarkan menu-menu yang menarik. Nyam! photo DC48DC4A-45D1-49A5-9D9A-9F295CCDCBA5_zpsofni6npp.jpg

 

Hari Ketiga

Sarapan apa pagi ini? Jelas Daci & Daci Baker donk. Ini kafe ternyata gila ya, di TripAdvisor dapat bintang 4,5 dari 1.203 review per 11 Februari 2017. Review-nya aja sebanyak itu, berarti enaknya serius donk?  photo 27431075-F1BE-42EF-A796-692A43B7BBC3_zpstnuke0no.jpg

 photo 64078FB5-15C6-4F48-B862-3120C972DDDA_zpsjkqtj9hb.jpg

 photo 67CC76EF-9810-4F92-BF16-B9A4F0DE4B90_zpsuqi7lk4x.jpg

Hari ini si tukang jalan mau sok-sok berbudaya jadi off we went to museum! Dasar rejeki, hari inipun ternyata penumpang di dalam bus menuju museum juga hanya kami berdua. Gaya deh pokoknya, private tour di Hobart. Museum yang kami tuju adalah Museum of Old and New Art alias MONA. MONA ini dikelola oleh swasta dan ngga ada transportasi umum yang bisa mengantar sampai sini.

 photo AD784D07-CE71-4BA9-937D-8447D1FF540F_zpsed9eyoxs.jpg

 photo 6D00AE78-BB98-461F-ADCE-69E25773D0EF_zpskdxzztwv.jpg

 photo 94D82B2B-1F1A-4664-A6C5-0B94D3928F16_zpsmwktakso.jpg

Koleksi yang dipamerkan di MONA ini keren-keren dan tidak membosankan. Apalagi disertai dengan penjelasan yang bisa kita simak melalui iPhone dan earphone Sennheiser yang dipinjamkan oleh MONA. Iya, begitu kita masuk langsung dikasih iPhone sebiji plus earphone sebiji juga.

iPhone itu sudah di-set untuk hanya mengakses satu aplikasi khusus di mana kita bisa mencari ada benda apa sih di dekat kita, setelah itu klik lebih lanjut untuk membaca deskripsi karya dan mendengar penjelasannya. Canggih deh pokoknya. Saya sempat katro gitu pas disodorin iPhone-nya. Untung trus bisa agak-agak sok ngerti itu benda harus diapain, hehehe.

 photo 967EF58A-F86A-4D41-BFA5-7EF8423177B1_zpsdsno9tiq.jpg

 photo 47B32094-5789-4396-8CC2-DCB8F0594C50_zpsy2z5egjt.jpg

 photo 4B250EA6-A301-4822-B245-F9075AB4CE31_zpsgvqh2y3q.jpg

 photo BBD902CC-9551-4C27-AF34-549343EE113C_zpscoeu6mxf.jpg

 photo 37B5B694-1A8D-40D1-8EA4-B89A8C04E89C_zpsfgyyc40g.jpg

 photo CBB40D83-03E0-4885-9A37-71448EBDFFB3_zps8a2zea0v.jpg

 photo F39BA7FF-E22C-481A-8ED2-369C4CDF8A79_zpsn9hl3hku.jpg

 photo 3B06A471-FA7D-4B4E-B761-3C9408280A3F_zpscvphcwpm.jpg

Sepulang dari MONA, saya dan Dita lanjut ke Tasmanian Museum and Art Gallery. Berbeda dengan MONA, museum ini dikelola oleh pemerintah Tasmania. Gratis dan berlokasi di tengah kota, cocok lah buat jadi salah satu tempat tujuan turis-turis hemat semacam kami ini.

Hari ketiga ini sekaligus jadi hari terakhir di Tasmania. Sedih, rasanya kok masih pengen lebih lama lagi di negara bagian yang indah ini. Kapan-kapan deh main ke sini lagi.

 photo E4D55C51-D5DC-4847-BB3F-E87D987211A5_zpsc72b1qhs.jpg