Archive for August, 2016

August 19, 2016

First Performance with Saman Bhinneka

13938270_10206613988738612_4612156951179892857_o_zpsoba7njbo

Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-71 dari Melbourne! Tujuh belas Agustus tahun ini istimewa buat saya karena untuk pertama kalinya ikut tampil menari Saman di Melbourne.

Jadi ceritanya saya, Ica dan Evelynd dari PK-53 memang sudah ikut latihan Saman untuk penutupan PK pada Januari lalu. Kebetulan kami semua sama-sama kuliah di Melbourne. Makanya begitu sampai di sini Evelynd langsung mengajak saya dan Ica untuk gabung ke group Whatsapp Bhinneka, sebuah sanggar tari di Melbourne.

Begitu tergabung dalam group Whatsapp, kami ditawari untuk ikut tampil dalam perayaan tujuh belasan. Jelas ini kesempatan yang tidak boleh ditolak, apalagi kebetulan di hari dan jam itu sedang tidak ada kuliah. Jadilah saya sudah langsung ikut latihan Saman di minggu kedua mendarat.

Latihan demi latihan dijalani dengan hasil paha, lutut dan telapak tangan saya sampai biru lebam kayak habis kena gebug. Setiap kali habis latihan saya susah payah naik tangga di apartemen. Menuruni tangga perpustakaan kampus saja saya harus melangkah satu-satu sambil berpegangan sandaran tangga. Haduh, inilah hasilnya kalau tidak pernah olahraga dan jarang minum susu.

Di hari H, 17 Agustus siang kami seluruh tim penari lengkap dengan penabuh gendang dan penyanyi ramai-ramai menuju lokasi pertunjukan di Federation Square. Fed Square ini merupakan public space yang terletak di seberang Flinders Station dan tram station. Rame? Banget!

Kalau penasaran mau lihat video pertunjukannya, klik link ini ya!

13996109_10206613959417879_4278924309594746017_o_zps0tuizzp3807d801f-6708-4b76-863c-2136ee57cf6f_zpspxfoftqfb6324e35-56a7-475f-b01b-78cab93ac464_zps8tbzbdo60804fa87-af2e-4287-a986-98af1d884a4b_zpspdabsz3rd593db92-3efa-43ef-937e-99bd3c54cee7_zpsxsfbdhhu799000a0-22c0-4ad1-a54b-35ee0ec023c2_zpscqygfp28

Bagi yang tinggal di Melbourne dan ingin ikut bergabung dalam Sanggar Bhinneka bisa cek halaman Facebook Bhinneka . Jangan khawatir bagi yang belum pernah menari Saman sebelumnya. Pasti diajari step by step kok. Yuk!

Photo credit: Evelynd and Bhinneka team

August 13, 2016

Queen Victoria Market, Melbourne

Bayangkan Pasar Tebet tanpa percetakan undangan, seperti itulah Queen Victoria Market, pasar palugada (apa lu mau gua ada) di Melbourne. Pagi ini tujuan utama saya rencananya mau ke perpus kampus, tetapi tertunda hanya gara-gara saya melihat banyak pasangan kakek-nenek menggeret trolley belanja. Bukan cuma sepasang, tapi sampai tiga pasang mbah-mbah dan semuanya bersiap-siap menambah stok mingguan mereka.

7c046e7e-0651-4e60-95b0-87f7dcc78e14_zpscjcecfhj

57c7cfd7-3091-46ab-84fc-ed31c34b1f3e_zpstluavgot

0e0be669-1722-458f-8831-2d45164dbfe3_zps0lssamik

Dasar saya orangnya mudah tergoda, lagipula kalau saya jalan ke perpus juga bisa dilewatkan pasar kok, jadilah saya berbelok sedikit untuk mampir ke sini. Sebenarnya minggu lalu saya sudah masuk ke Vic Market ini berdua dengan teman, tapi belum sempat foto-foto. Jadilah hari ini saya mengambil beberapa gambar benda-benda yang dijual di sini.

dd9595bf-0e05-43ad-af3a-6f35d0fd6d22_zpsoot9faaj

81d94ee5-1cbe-4b75-bb4d-9505fbd4ee9f_zpslxqkn9cf

Mau cari sayur segar, bumbu dan cabe-cabean (eh maksudnya cabe beneran), daging, roti, vitamin, baju, panci, cobek, souvenir khas Australia bahkan sampai ke baju anak-anak ala Princess semua tersedia. Benar-benar palugada deh.

9d62b8b4-6b10-4ac8-9275-af6c155ca8e6_zps3pkl5sbl

Saya sempat berhenti untuk melihat-lihat souvenir lucu yang dijual.

3663b041-0d51-4524-b70a-2894cce63674_zpsmn9hri4v

Pada akhirnya tidak tahan godaan untuk membeli segelas latte di sebuah kafe Turki. Sepertinya seru juga kalau sarapan lucu di sini. Tapi rencananya saya baru akan splurge mencoba berbagai kedai dan kafe di Melbourne kalau ada suami di sini. Kayaknya lebih seru kalau menikmati berdua bareng suami. Halah, padahal sebenernya ngarep ada yang bayarin.. Maklum allowance terbatas, kakaaa…

1c080a1c-d27a-4adc-9288-4deb712b5bc7_zpsxoznznup

d70f9556-2d13-4ed5-8c0e-52b39fff205f_zpsw5fkrudf

Di suatu sudut tampak antrian panjang mengular untuk membeli donat. Menarik sih, tapi untuk saat ini belum dulu deh.

8443ecd9-e334-4b1b-a125-d91e316c0ae9_zpstbax5dus

Pasar ini tutup setiap hari Senin dan Rabu. Selain dua hari itu sudah buka mulai dari jam 6 (untuk pasar basah) dan jam 8 (untuk barang lainya). Di bawah ini jam operasional Queen Victoria Market.

Trading Hours

Fresh Produce Specialty Shopping
Lower Market,
A & B Sheds
Upper Market
Monday Closed Closed
Tuesday  6am – 2pm 8am – 2pm
Wednesday Closed Closed
Thursday 6am-2pm 8am-2pm
Friday 6am – 5pm 8am – 3pm
Saturday 6am – 3pm 8am – 3pm
Sunday 9am – 4pm 9am – 4pm

– See more at: http://www.qvm.com.au/trading-hours/#sthash.ilA4XfVE.dpuf

Katanya sih kalau datang menjelang pasar tutup bakal banyak barang yang didiskon, terutama buah dan sayuran. Kapan-kapan deh dicoba 😀

August 12, 2016

Winter Night Market Melbourne

Melbourne punya pasar basah yang nggak basah. Nah lho, kalimatnya kok jadi berantakan gini. Maksudnya di pasar ini bisa ditemui bahan-bahan atau benda yang umum ditemukan di pasar tradisional Indonesia, tapi lokasinya sama sekali tidak becek.

feef7c89-305b-46e1-9872-e6b9fc43b16d_zps0axbhjzx

Apartemen saya terletak tidak jauh dari pasar yang bernama Queen Victoria Market atau disingkat dengan Vic Mart ini. Dari pagi sampai siang pasar ini beroperasi layaknya pasar tradisional. Selama musim dingin alias winter, pasar ini membuka diri untuk menghangatkan penduduk sekitar dalam bentuk Winter Night Market.

Pasar malam ala Melbourne digelar hanya satu kali seminggu, yaitu setiap Rabu malam mulai jam 5-10. Untung saja di awal kedatangan saya di Melbourne sudah sempat mampir ke sini, karena ternyata kemudian tiap Rabu ada jadwal kuliah saya mulai jam 5.30 dan baru kelar jam 8.30 malam.

Trus di pasar malam ada apa saja? Wuah banyak! Selain beragam macam makanan dan minuman hangat, di sini banyak atraksi dan pertunjukan. Ada yang gratis, ada juga yang menarik biaya.

d4669601-bf97-4134-9be0-f243cf2dce05_zpsc0bhekmh

Saya sempat tertarik pada sebuah kerumunan yang sedang menari. Uniknya semua orang di kerumunan itu mengenakan headphone dengan nyala hijau elektrik. Tahu kalau saya mengamati mereka, seorang pria menarik saya dan menyodorkan sebuah headphone yang sama. Ternyata ya, ini yang namanya Silent Dance! Yay!

1dcaf2d0-049f-4ce1-b673-fc49a762a556_zpsvdubtaxd

Begitu headset terpasang barulah jelas apa yang sedang kami lakukan. Instruksi si dancer terdengar jelas, begitupun musik yang mengiringi. Seluruh pengguna headset diarahkan untuk melakukan goyangan tarian yang sama dengan instruktur, mulai dari disko, salsa, rock and roll sampai dengan hip hop. Seru!

d2505139-519d-48a1-986f-dbfd7ff1b8d9_zpsksh1hl0q

Namanya juga Winter Night Market, sudah winter, night pula! Dingin banget khan. Saya lapar. Setelah berputar-putar mencari makanan hangat yang aman, akhirnya saya tertarik berat pada semangkuk sup yang disajikan di dalam roti.
12cbfd44-f1db-407d-a2cc-23543dac8780_zpsbt78v1jq

Sweet potato and leek soup, itu dia namanya. Porsi besar, hangat, nikmat. Enak sekali dinikmati saat malam bersuhu 10 derajat.

Kalau melihat akun Instagram resmi si Winter Night Market ini sebenarnya banyak makanan dan minuman yang layak untuk dicoba, belum lagi beragam atraksi yang tiap minggunya berbeda. Sayang, musim dingin tahun ini saya sudah pasti tidak akan sempat lagi ke sini, hiks.

August 11, 2016

9 Benda yang Perlu Dibawa

Ini sebenarnya lebih ke catatan buat saya sendiri. Berhubung sifat pelupa saya makin lama makin parah jadi saya sampai menjadikan blog sebagai semacam diary pengingat. Suatu saat saya pernah lupa bahwa suami punya sebuah gadget sampai kemudian suami mengingatkan bahwa saya pernah menulis review tentang gadget tersebut. Alhasil saya sampai googling dengan kata kunci: ‘n1ngtyas nexus 7’ baru berhasil ingat tentang si gadget itu (- -“).

Jadi apa saja benda yang perlu dibawa untuk persiapan tinggal selama dua tahun di Melbourne? Ini dia!

0ffe1f5a-1043-4cd7-aee0-0aa3c1bf2737_zpskfjy9bdm

Barang bawaan saya ke Melbourne

  1. Map dokumen yang berisi copy paspor, visa, CoE dan dokumen penting lainnya.
  2. Power bank. Benda ini di sini mahal banget. Kapasitas 5000mAh harganya 30-60 AUD. Padahal di Gramedia saya bisa mendapatkan ASUS power bank berkapasitas 10.000 mAH dengan harga 300 ribu rupiah. Saya sampai membajak power bank suami saya dan membiarkan dia beli yang baru di Indo.
  3. Kartu ATM bank Indonesia. Saya tidak bawa uang tunai dolar AUD sama sekali ke sini karena malas hitung-hitungan untung rugi kurs tukar di money changer. Belum lagi kalau tukar receh juga dikenakan biaya tambahan. Beuh, males banget. Begitu sampai bandara, saya langsung cari benda yang namanya mesin ATM untuk tarik tunai. Charge yang dikenakan berkisar antara 2-3 dolar Aussie sekali tarik. Note: charge tarik tunai paling murah itu di ATM ANZ, sebesar 2 dolar saja. Commonwealth bank dan NAB mengenakan charge 3 dolar.
  4. Australia converter plug. Saya beli dua buah di Ace Hardware, harga sekitar 150-200 ribu rupiah, lupa persisnya berapa. Satu untuk dibawa-bawa di dalam tas, satu lagi dipakai di kamar.
  5. Cable extension. Bisa colokan versi Indo, atau kalau mau sekalian colokan Aussie. Saya bawa yang versi Indo, jadi di apartemen hanya perlu satu converter yang disambungkan ke listrik. Peralatan listrik seperti rice cooker, charger HP, charger laptop semua nyoloknya di cable extension Indo itu.
  6. Travel rice cooker (sekitar 0.3 liter), belinya di Ace Hardware juga. Dulu dibeli buat rencana road trip di New Zealand yang karena satu dan lain hal jadi batal. Tapi lumayan lah, jadi benda ini bisa saya angkut ke sini.
  7. Obat-obatan pribadi. Saya punya penyakit alergi, jadi harus selalu siap obat minum dan salep oles merek tertentu. Ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing, misalnya saja bagi yang berkacamata, mungkin bisa membawa sepasang atau dua pasang kacamata cadangan.
  8. Kerudung, ciput dan manset tangan yang banyak. Saya membatasi jumlah baju, celana, underwear dan kaos kaki yang dibawa tapi justru semua jilbab dan printilan yang saya punya diangkut semua. Pertimbangannya: baju dan celana bisa beli di Melbourne dengan harga yang kurang lebih sama dengan di Indo. Kerudung dan ciput harus dicari di mana? No idea!
  9. Setrika atau setrika mini. Hiks, saya menyangka dryer di sini sama hot-nya dengan dryer di Amerika. Dulu di Amrik saya tidak pernah setrika baju atau kerudung. Begitu cucian keluar dari dryer, pas masih hot hot-nya langsung dilipat. Beres! Di Australia ternyata beda adatnya. Cucian yang keluar dari dryer walaupun panas tapi levelnya tidak sama dengan tingkat panas dryer Amrik.

Sementara sih hanya itu yang saya ingat. Mungkin kalau ada benda lain yang tiba-tiba terlintas di benak saya, bisa dijadikan post berikutnya saja 😀