Archive for July, 2016

July 29, 2016

Speed Friending GSA University of Melbourne

Speeding friend.. Friend speeding.. Eh kayaknya ada yang salah deh. Speed friending! Nah ini yang bener! Bolak-balik istilah ini masi nyangkut dengan keliru di ingatan saya.

gsa

Foto diambil dari: Council of Australian Postgraduate Associations

Speed friending ini mirip-mirip dengan speed dating, di mana ada dua orang yang diberi kesempatan untuk kenalan dan ngobrol dengan orang baru selama waktu singkat. Jangka waktunya juga suka-suka si penyelenggara, bisa 5 menit, 10 menit atau bahkan seperti yang saya ikuti: 1.5 menit.

Di kampus saya ada yang namanya Graduate Student Association (GSA), semacam BEM-nya mahasiswa graduate gitu deh. GSA ini cukup heboh berpartisipasi dalam Graduate Orientation Week, alias minggu pertama dalam semester. Dalam minggu lalu saja GSA mengadakan beberapa acara mulai dari bagi-bagi kopi gratis, tumbler, hot crepes (yum!) sampai dengan event Speed Friending ini.

Ketinggalan ikut Speed Friending yang pertama, saya putuskan untuk langsung daftar ikut event yang kedua. Iseng, saya ajak Ica, teman sesama PK-53 yang di Unimelb juga. Jadilah Kamis sore itu kami berdua hadir dalam acara Speed Friending.

Begitu saya masuk ruangan ternyata di dalam sudah ada puluhan kursi berhadapan yang disusun melingkar. Ada yang di dalam lingkaran (inner) dan di luar (outer). Saya duduk di bagian luar, untung saja pilih yang ini karena yang ada di outer tidak disuruh pindah.

Sistemnya adalah semua peserta duduk berhadapan dan mulai berbincang setelah penyelenggara meniup peluit. Topik yang diobrolkan boleh apa saja mulai dari kenalan, kota asal, jurusan yang diambil, cuaca Melbourne, film.. Apa saja deh. Tapi semua sesi dibatasi hanya 1.5 menit. 90 detik kemudian penyelenggara akan meniup peluit lagi sebagai tanda partisipan yang duduk di inner circle harus pindah ke sisi kiri dan berhadapan dengan orang baru. Siklus yang sama diulangi kembali sampai lingkaran kembali ke titik awal.

Terdengar simple dan menarik? Tentunya! Sampai kita menjalani sendiri. Pada kenyataannya, berbincang selama ratusan menit dengan orang yang berbeda, tanpa jeda dan ditingkahi riuh rendah peserta lain ngobrol ternyata melelahkan! Setelah selesai satu putaran, saya dan Ica berpandang-pandangan dan tertawa sambil saling mengeluh.

“Cape mbaaaa.. Hosh hosh hosh. Dulu tuh ya aku pernah ngajar bahasa Inggris, trus pake metode beginian juga mba. Aku sih enak-enak aja nyuruh mereka ngobrol. Ternyata cape yaaaa. Haus, lagi! Sekarang aku merasakan apa yang mereka rasakan.”

Saya sempat bilang ke Ica “Dari segini banyak kok ngga ada orang Indonesia ya. Masa cuma kita berdua nih Ca..”

Beberapa saat kemudian datang seorang cewek berambut hitam menyapa

“HAAAAAIII! Indonesia juga yaaa!”

Lah! Baru diomongin, kok tiba-tiba ada yang muncul, hehehe.

Setelah istirahat selama beberapa menit, penyelenggara siap memulai putaran berikutnya. Kali ini semua peserta diacak duduknya dan metode yang sama diulang kembali. Di sesi kedua ini saya berhadapan dengan seorang cewek berwajah Chinese.

“Hi, what’s your name?”

“Yuko”

“I’m Putri, Yuko. Where are you from?”

“Can you guess?” Waduh. Ini agak susah nih kalo disuruh nebak asalnya orang.

“Nggg.. China? Taiwan? No? Malaysia? Brunei? Philipine? Thailand? Singapore? Still no?” Setiap tebakan saya disambut gelengan kepala

“Closer!” kata Yuko

“I give up!”

“Indonesia!!”

Whewww! Jahil banget ya ini si Yuko ini. Udah tahu kalo muka saya Indonesia banget jadi pasti sama seperti dia, tapi dia malah nyuruh nebak, hahahaha.

Secara keseluruhan sih saya cukup menikmati Speed Friending ini. Ada beberapa orang yang genuinely senang ngobrol dengan saya dan kami sempat membicarakan beberapa hal selain dari topik yang umum. Ada juga yang minta rekomendasi saya daerah mana yang harus ia kunjungi kalau datang ke Indonesia.

Tapi kalau untuk diulang, nggg… tunggu capek di rahang saya hilang dulu deh 😀

July 26, 2016

Do Not Study in Rowdy Library

7cccc83e-a489-453e-b8cf-e95d0928bf47_zpsjee4iqbw

It’s true! University of Melbourne has one library that has been dedicated for fun only. Seperti layaknya library pada umumnya, Rowden White (aka Rowdy) punya beragam koleksi buku dan e-book. Bedanya di sini tidak ada buku yang serius alias text book. Selain buku, ada juga area khusus majalah, DVD, komik dan bahkan area tidur!

Sejauh yang saya lihat, koleksi DVD dan e-book-nya sangat menarik. Lumayan untuk hiburan mahasiswa jomblo sementara seperti saya ini selama waktu luang.

748adb76-1d58-4637-9488-fa789545b7ab_zpsvax1lgyf

de1363e0-f561-453c-b816-cd0172781e48_zpsognf6h8r

Sayang saya tidak berani memotret area tidur karena saat saya datang kebetulan lagi banyak mahasiswa yang bobok-bobok lucu di bean bag. Salah-salah saya bisa dituntut.

2ea90078-aab8-4081-9bb9-dcf524a911f7_zpsby1hasap

Perpustakaan hepi-hepi ini difasilitasi oleh UMSU (University of Melbourne Student Union). UMSU yang dibentuk ratusan tahun lalu (I’m not kidding) ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa UoM untuk lebih memiliki kehidupan sosial.

Suka baca komik Jepang yang ceritanya cinta-cintaan masa SMA khan? Di situ khan biasanya banyak kegiatan klub sepulang sekolah, nah UMSU juga begitu. Ada ratusan klub yang bisa dipilih mulai dari klub serius dan terdengar normal seperti Mathematics & Statistics Society, Women in Science and Engineering sampai dengan klub absurd semacam Potter Heads untuk penggemar Harry Potter dan Coffee Appreciation for Enthusiasts bagi caffeine addict. Bahkan ada juga yang namanya More Beer, club for those that prefers snags and frothies to lecturers and reading *sigh*.

Semua fasilitas yang ada di Rowdy Library ini bisa dimanfaatkan gratis oleh semua mahasiswa University of Melbourne. Hmm.. Kapan-kapan boleh juga dicoba nih.

 

July 24, 2016

Hello from Melbourne!

Winter di Melbourne bagaikan Fall di Syracuse.

Itu kesan pertama saya begitu pertama kali mendarat di bandara Melbourne. Menggigil, tapi tidak menggigit seperti musim dingin Syracuse yang memang termasuk harsh. Saya tiba beberapa hari sebelum minggu orientasi dimulai jadi masih sempat memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan.

553d7764-fc77-4399-8dbf-d5b6abf4d951_zps6ytf3nxl

74aa2884-1c82-4701-8c8e-4e55f118fd3a_zpsnwrodvko

University of Melbourne terletak di tengah kota, jadi saya sengaja cari apartemen yang juga di city supaya tidak perlu keluar ongkos transportasi lagi. Termasuk agak mahal memang, tapi paling tidak saya bisa menekan pos pengeluaran transport.

Selama menunggu apartemen dapat ditempati, saya pesan hotel yang juga berlokasi di Central Business District alias CBD selama beberapa hari. Pertimbangannya jelas supaya memudahkan pergerakan dari hotel ke kampus (saat orientasi) dan hotel ke apartemen (saat pindahan).

Mumpung masih ada suami yang menemani selama beberapa hari di awal, kami memanfaatkan satu hari penuh dengan: road trip! Berbekal SIM internasional, SIM Indonesia dan paspor, suami memesan satu unit economic car yang belakangan di-upgrade menjadi city car dari Thrifty. Selama proses verifikasi dan pembayaran di konter ternyata sama sekali tidak mengecek SIM internasional dan paspor. Berkas yang dilihat hanya SIM Indonesia.

Sewaktu masih di Indo saya sudah mengecek list ‘what to do in Melbourne‘ dari berbagai website. Saya mengusulkan perjalanan ke Twelve Apostles, yang awalnya ditolak mentah-mentah oleh suami karena selama winter mungkin tidak terlalu bagus. Berhubung tidak ada lokasi lain yang bisa dikunjungi, akhirnya berangkatlah kami menyusuri Great Ocean Road menuju Twelve Apostles.

Twelve Apostles itu adalah deretan bebatuan besar yang terletak di pesisir Victoria. Walaupun namanya Twelve tetapi sebenarnya jumlahnya bukan dua belas melainkan sembilan.

Pantaslah kalau jalur ini mendapat istilah Great Ocean Road. Sepanjang jalan kami memang disuguhi pemandangan yang indah, bukan hanya dari sisi alamnya tapi juga tatanan desa dan kota yang dilewati mulai dari Lorne, Torquay, Port Campbell dan Anglesea. Rencananya kami akan singgahi kalau punya waktu luang yang lebih lama lagi.

5347be3b-ee70-4827-b098-aa2cfb64c61c_zps6ct43lmx

Setelah road trip perdana yang sangat singkat (total hanya 7,5 jam pulang pergi), saya jadi ingin membuat tulisan perbandingan road trip di US dengan road trip di Australia. Mungkin untuk tulisan berikutnya ya. See you!