Speeding friend.. Friend speeding.. Eh kayaknya ada yang salah deh. Speed friending! Nah ini yang bener! Bolak-balik istilah ini masi nyangkut dengan keliru di ingatan saya.
Foto diambil dari: Council of Australian Postgraduate Associations
Speed friending ini mirip-mirip dengan speed dating, di mana ada dua orang yang diberi kesempatan untuk kenalan dan ngobrol dengan orang baru selama waktu singkat. Jangka waktunya juga suka-suka si penyelenggara, bisa 5 menit, 10 menit atau bahkan seperti yang saya ikuti: 1.5 menit.
Di kampus saya ada yang namanya Graduate Student Association (GSA), semacam BEM-nya mahasiswa graduate gitu deh. GSA ini cukup heboh berpartisipasi dalam Graduate Orientation Week, alias minggu pertama dalam semester. Dalam minggu lalu saja GSA mengadakan beberapa acara mulai dari bagi-bagi kopi gratis, tumbler, hot crepes (yum!) sampai dengan event Speed Friending ini.
Ketinggalan ikut Speed Friending yang pertama, saya putuskan untuk langsung daftar ikut event yang kedua. Iseng, saya ajak Ica, teman sesama PK-53 yang di Unimelb juga. Jadilah Kamis sore itu kami berdua hadir dalam acara Speed Friending.
Begitu saya masuk ruangan ternyata di dalam sudah ada puluhan kursi berhadapan yang disusun melingkar. Ada yang di dalam lingkaran (inner) dan di luar (outer). Saya duduk di bagian luar, untung saja pilih yang ini karena yang ada di outer tidak disuruh pindah.
Sistemnya adalah semua peserta duduk berhadapan dan mulai berbincang setelah penyelenggara meniup peluit. Topik yang diobrolkan boleh apa saja mulai dari kenalan, kota asal, jurusan yang diambil, cuaca Melbourne, film.. Apa saja deh. Tapi semua sesi dibatasi hanya 1.5 menit. 90 detik kemudian penyelenggara akan meniup peluit lagi sebagai tanda partisipan yang duduk di inner circle harus pindah ke sisi kiri dan berhadapan dengan orang baru. Siklus yang sama diulangi kembali sampai lingkaran kembali ke titik awal.
Terdengar simple dan menarik? Tentunya! Sampai kita menjalani sendiri. Pada kenyataannya, berbincang selama ratusan menit dengan orang yang berbeda, tanpa jeda dan ditingkahi riuh rendah peserta lain ngobrol ternyata melelahkan! Setelah selesai satu putaran, saya dan Ica berpandang-pandangan dan tertawa sambil saling mengeluh.
“Cape mbaaaa.. Hosh hosh hosh. Dulu tuh ya aku pernah ngajar bahasa Inggris, trus pake metode beginian juga mba. Aku sih enak-enak aja nyuruh mereka ngobrol. Ternyata cape yaaaa. Haus, lagi! Sekarang aku merasakan apa yang mereka rasakan.”
Saya sempat bilang ke Ica “Dari segini banyak kok ngga ada orang Indonesia ya. Masa cuma kita berdua nih Ca..”
Beberapa saat kemudian datang seorang cewek berambut hitam menyapa
“HAAAAAIII! Indonesia juga yaaa!”
Lah! Baru diomongin, kok tiba-tiba ada yang muncul, hehehe.
Setelah istirahat selama beberapa menit, penyelenggara siap memulai putaran berikutnya. Kali ini semua peserta diacak duduknya dan metode yang sama diulang kembali. Di sesi kedua ini saya berhadapan dengan seorang cewek berwajah Chinese.
“Hi, what’s your name?”
“Yuko”
“I’m Putri, Yuko. Where are you from?”
“Can you guess?” Waduh. Ini agak susah nih kalo disuruh nebak asalnya orang.
“Nggg.. China? Taiwan? No? Malaysia? Brunei? Philipine? Thailand? Singapore? Still no?” Setiap tebakan saya disambut gelengan kepala
“Closer!” kata Yuko
“I give up!”
“Indonesia!!”
Whewww! Jahil banget ya ini si Yuko ini. Udah tahu kalo muka saya Indonesia banget jadi pasti sama seperti dia, tapi dia malah nyuruh nebak, hahahaha.
Secara keseluruhan sih saya cukup menikmati Speed Friending ini. Ada beberapa orang yang genuinely senang ngobrol dengan saya dan kami sempat membicarakan beberapa hal selain dari topik yang umum. Ada juga yang minta rekomendasi saya daerah mana yang harus ia kunjungi kalau datang ke Indonesia.
Tapi kalau untuk diulang, nggg… tunggu capek di rahang saya hilang dulu deh đ