Sekali apply, dua jenis visa sekaligus kami proses. Student visa untuk saya dan tourist visa untuk suami. Kenapa nggak pakai dependent visa untuk suami, khan suami juga bisa ditanggung oleh LPDP? Karena untuk apply dependent visa, ada asuransi yang harus dibayar dan jumlahnya ngga sedikit. Bisa ribuan dolar lho selisih antara asuransi single dengan family.
Proses aplikasi visa Australia relatif mudah, apalagi dibandingkan dengan aplikasi visa Amerika ataupun Schengen. Sama sekali tidak perlu wawancara! Berikut ini berkas yang harus disiapkan.
Student Visa (untuk awardee LPDP)
- Form 157A yang bisa di-download di website. Sebelumnya jangan lupa diisi, kalau ada bagian yang tidak tahu, kosongkan saja
- Paspor asli (hanya ditunjukkan saja, tidak diambil)
- Fotokopi semua halaman paspor yang ada isinya, mulai dari data diri, visa, stempel imigrasi, alamat sampai dengan bukti pernah lapor diri di kedutaan Indonesia di luar negeri
- Fotokopi akte kelahiran
- Fotokopi ijasah dan transkrip S1
- Fotokopi KTP & Kartu Keluarga
- LoA (Letter of Acceptance)
- CoE (Confirmation of Enrolment)
- Letter of Sponsorship dari LPDP
- Letter of Guarantee dari LPDP
- Foto ukuran foto paspor
- Fotokopi buku nikah
- Fotokopi sertifikat IELTS atau TOEFL iBT
- Uang tunai 6 juta rupiah
Karena saya mengajukan visa sendiri, tanpa suami sebagai dependent, ternyata detail mengenai suami justru tidak dibutuhkan sama sekali. Padahal saya sudah menyiapkan dokumen suami secara lengkap mulai dari akte kelahiran, slip gaji, KTP dan KK. Ya sudah, disimpan saja untuk apply tourist visa.
Tourist Visa
- Form 1419 yang bisa di-download di website. Diisi juga ya
- Paspor asli (hanya ditunjukkan saja, tidak diambil)
- Fotokopi semua halaman paspor yang ada isinya, mulai dari data diri, visa, stempel imigrasi, alamat sampai dengan bukti pernah lapor diri di kedutaan Indonesia di luar negeri
- Fotokopi akte kelahiran
- Surat keterangan bekerja yang ditandatangani atasan
- Fotokopi KTP & Kartu Keluarga
- Slip gaji (kami siapkan 2 bulan terakhir)
- Capture screen internet banking yang menunjukkan mutasi dan saldo akhir di bulan berjalan. Saya terlalu malas dan tidak punya waktu untuk datang langsung ke bank dan meminta rekening koran, hehehe
- SPT Pajak tahun 2015. Ini sebenarnya tidak diminta, tapi saya sertakan saja untuk menunjukkan bahwa suami punya penghasilan tetap di Indonesia
- CoE (Confirmation of Enrolment) saya untuk membuktikan bahwa suami akan mengunjungi saya sebagai student
- Foto ukuran foto paspor
- Fotokopi buku nikah
- Uang tunai 1.7 juta rupiah
Setelah semua dokumen siap, tinggal datang ke VFS yang berlokasi di Kuningan City lantai 2. Tidak perlu membuat janji temu sebelumnya, langsung datang saja. Lebih baik datang pukul 8.30 WIB tepat supaya dapat giliran pertama.
Dokumen dan pembayaran akan diperiksa oleh petugas untuk diteruskan ke Kedutaan. Selang dua hari setelah memasukkan aplikasi, ada e-mail masuk dari Kedutaan yang isinya mewajibkan saya untuk melakukan medical check up lengkap dengan data Rumah Sakit yang ditunjuk. Untuk Jakarta hanya ada 2 RS yaitu RS Premier Bintaro dan RS Premier Jatinegara.
Medical check-up bisa dilakukan di hari kerja atau di akhir pekan. Saya memilih untuk datang di hari Sabtu pagi. Test yang dilakukan meliputi rontgent, periksa fisik, urine dan check mata dengan total biaya 760 ribu rupiah dan menghabiskan waktu kurang lebih 1.5 jam.
FYI, medical check up ini hanya untuk aplikan student visa kok. Jadi untuk visa turis tidak harus check up.
Hanya dalam waktu 4 hari kerja saya kemudian mendapat e-mail dari Kedutaan Australia yang menyatakan visa kami di-approve. Visa suami bahkan punya durasi lebih lama dari saya, yaitu 3 tahun. Lumayan, jadi selama saya sekolah dia tidak perlu repot-repot apply visa lagi 😀
O iya, sebagai informasi tambahan, visa Australia sekarang sudah tidak berbentuk stiker yang kemudian ditempelkan di lembaran paspor kita (itulah sebabnya paspor asli sudah tidak ditahan saat apply visa), melainkan sudah electronic-based. Ini sekaligus menjadi kabar baik dan kabar buruk bagi beberapa orang, terutama yang gemar mengoleksi stiker visa di buku paspor 🙂