Hal yang paling ingin saya lakukan kalau menginjak benua Eropa adalah mencoba menginap di kereta malamnya. Maklum, di Indonesia khan tidak ada kereta yang menyediakan bilik kamar buat tidur. Sebenarnya di Amtrak juga ada sleeper train tapi kalau di Amerika sepertinya lebih seru kalau sewa mobil (ini statement asli ngguaya.. wong yang nyetir juga sebenernya suami kok :p)
Tetapi yang namanya rencana tuh ternyata tidak selalu mudah diwujudkan, termasuk plan untuk mencoba naik kereta malam ini. Berbagai hal yang jadi pertimbangan adalah itinerary, jadwal kereta dan yang paling penting adalah budget. Jelas, wong ternyata tarif tiketnya melebih harga sewa hotel semalam, hiks
Tapi jalan-jalan ke Eropa merupakan kesempatan yang bakal jarang buat kami, jadi ya sudahlah pasrah saja dengan harga yang harus dibayar tersebut. Setelah melihat dan mencocokkan jadwal, akhirnya diputuskanlah City Night Line yang bisa diintip di website ini. Kami sengaja memilih kamar dengan 2 tempat tidur supaya lebih privat. Untuk kelas, cukup yang kelas 2 sajalah. Toh kalau dilihat dari gambar sepertinya sudah cukup nyaman buat kami yang nggak neko-neko ini.
Petualangan ini dimulai dari Munchen Hbf (pukul 22:50) menuju Utrecht Centraal (pukul 09.22). Wah kalau diingat lagi ini perjalanan yang sempat diwarnai deg-deg-an karena di hari yang sama itu jadwal kami di Fussen dan sekitarnya yang berjarak kurang lebih 1,5 – 2 jam perjalanan.
Untungnya kami tidak sampai ketinggalan kereta walaupun waktu akhirnya sampai di Munchen Hbf sudah mepet sekali. Berbekal sushi raksasa dan 2 botol air putih yang dibeli di stasiun, kami pun masuk ke dalam kereta yang sudah menunggu. Pertama kali masuk langsung toleh kanan kiri, rasanya ingin lihat semua detil-detil yang ada di dalam kabin.
Buka pintu kabin dan langsung disambut oleh tempat tidur susun. Tanpa basa-basi saya langsung mengambil tempat di kasur bawah. Biar suami saja yang di atas, toh lebih mudah buat dia untuk naik tangga ke atas ketimbang saya, hehehe. Di tempat tidur bagian atas ada pelindung supaya penumpang tidak terjatuh saat tidur malam. Jadi jangan khawatir untuk memilih tempat tidur yang di atas ya.
Di dalam kabin sudah disediakan dua botol air putih dan dua buah hanger untuk menggantung pakaian. Di atas masing-masing ranjang ada selimut dan sebuah bantal. Selain itu juga ada lampu sendiri-sendiri jadi kalau ada yang masih ingin membaca bisa menyalakan lampu tanpa mengganggu rekan sekamar.
Persis di belakang pintu, tepatnya di sebelah kiri kita kalau baru masuk kabin, ada sebuah lemari yang ternyata berisi washtafel, handuk dan peralatan bebersih diri.
Intip bagian lorong yang tidak terlalu lebar.
Beginilah kalau barang sudah dibongkar di dalam kabin.. Lumayan sesak juga ya.
Karena kami memilih kelas 2 jadi tidak ada kamar mandi di dalam kabin. Tetapi jangan khawatir, tiap gerbong punya 2 kamar mandi yang bisa dipakai bergantian. Kamar mandinya pun bukan hanya sekedar toilet, tapi benar-benar kamar mandi lengkap dengan shower air panas dan air dingin.
Bermalam di dalam kereta ternyata sama nyamannya dengan tidur di kamar hotel. Atau jangan-jangan juga karena faktor kecapekan kali ya jadi begitu badan menempel di kasur saya pun langsung terlelap tanpa terganggu oleh guncangan-guncangan.
Pagi-pagi, sekitar pukul 7, pintu kabin diketuk petugas yang mengantarkan sarapan. Wah, lumayan walaupun sarapannya ya ala bule yang berupa roti, susu dan sejenis snack lain. At least I successfully tick off my bucket list: traveling in sleeper train with husband 🙂