Dimuat di Cleo Magazine Maret 2015

IMG_2408Ini sebenarnya tulisan yang sangat terlambat, karena artikelnya sudah dimuat di majalah terbitan Maret, 3 bulan yang lalu. Ya maaf, yang punya blog belakangan ini agak malas buat posting, jadi baru sempat dibahas sekarang.

Jadi ceritanya beberapa bulan yang lalu saya dan suami sempat jalan-jalan ke Neuschwanstein Castle di Bavaria, Jerman. Saking terkesan dengan pemandangan dan juga cerita di baliknya, pulang-pulang saya sengaja membuat satu artikel khusus tentang kastil ini.

Berhubung sudah lama banget, kayaknya nggak apa-apa khan ya kalau saya posting di sini. Mohon maklum kalau artikelnya panjang, Cleo memang mensyaratkan sekitar 9.000 karakter dan ini termasuk requirement yang lumayan sulit dipenuhi buat saya. Untung saja masih bisa tembus, hehe.

Beberapa bagian, terutama judulnya, kena gunting editor majalah Cleo jadi judul yang ada di posting blog ini dengan yang dimuat benerannya memang nggak sama.

20140528_071953

Saya dan suami dengan latar belakang Neuschwanstein Castle

Sehari di Kastil Sleeping Beauty

Neuschwanstein Castle, sebuah istana yang terkenal karena dibangun di atas imajinasi sekaligus kisah tragis sang pendiri: Raja Ludwig II. Tak hanya kalangan biasa, sosok sehebat Walt Disney pun ikut tersihir oleh pesona arsitekturnya, sampai-sampai kastil Puteri Tidur di Disneyland dibangun berdasarkan inspirasi dari kastil yang terletak di Bavaria, Jerman ini.

Memasuki ruangan demi ruangan, menikmati lukisan, dan mengagumi megahnya lampu gantung serta keindahan pemandangan dari jendela kastil merupakan kemewahan yang patut dikenang. Kehidupan raja dan ratu di abad pertengahan selalu menarik untuk diulas, apalagi dihias dengan dongeng di baliknya. Dua kastil yang terletak berdekatan, Neuschwanstein dan Hohenschwangau terlihat megah namun menyimpan kisah muram di balik keanggunan dan indahnya tata ruangnya.

Kastil Neuschwanstein disebut sebagai proyek ambisius King Ludwig II of Bavaria yang secara diam-diam dijuluki Mad King Ludwig. Dibangun tahun 1869 dan belum selesai saat Ludwig meninggal tahun 1886, kastil ini menyimpan romantisme yang menawan. Bukan hanya desain arsitektur atau pernak-pernik yang tersimpan yang membuat istana ini menonjol, namun juga fasilitas yang modern atau bahkan bisa dibilang revolusioner untuk ukuran masa itu.

Untuk menjangkau lokasi istana Raja Ludwig ini pengunjung dapat menggunakan kereta dari stasiun Munich menuju stasiun Fussen selama kurang lebih 2 jam dan kemudian dilanjutkan dengan bus tujuan Hohenschwangau bernomor 72. Dari halte pemberhentian di Hohenschwangau saya meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 10 menit menuju loket penjualan tiket. Tiket yang dijual ada tiga macam, tiket individual masing-masing untuk Neuschwanstein Castle dan Hohenschwangau Castle atau tiket kombinasi untuk kedua kastil tersebut.

Pengunjung tidak dapat memasuki kastil tanpa pemandu wisata, jadi jadwal kunjungan ke masing-masing kastil sudah ditetapkan sewaktu kita membeli tiket. Apabila kita membeli tiket kombinasi, akan ada jeda waktu sekitar 2 jam di antara kastil pertama dan terakhir. Waktu yang diberikan cukup lama karena Neuschwanstein Castle terletak di puncak bukit dan membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan berjalan kaki atau 20 menit dengan menggunakan shuttle bus.

Penjual tiket yang berjaga pada saat itu sangat ramah. Ia bahkan memberi informasi bahwa apabila saya menginap di hotel tertentu, ada diskon spesial yang ditawarkan. Bahasa Inggris yang dilafalkan juga cukup bagus sehingga tidak menyulitkan saya yang tidak mengerti bahasa Jerman selain ‘danke’.

Detil Kastil Hohenschwangau yang Memukau

Seusai membeli tiket dan mengingat nomor tur yang tertera, saya langsung menuju kastil pertama: Hohenschwangau. Letak istana ini tidak terlalu jauh dari loket, hanya 20 menit berjalan kaki dengan kontur jalan yang menanjak. Memang dibutuhkan kondisi fisik yang cukup prima untuk berkunjung ke sini karena selain letak kastil ada di atas bukit, seluruh tur di dalamnya juga menuntut pengunjung untuk naik turun tangga yang curam.

Sesampainya di gerbang masuk saya disambut oleh papan elektronik yang menunjukkan waktu sekaligus nomor tur yang diijinkan masuk. Apabila nomor tur kita sudah tercantum, pengunjung bisa menunjukkan tiket untuk kemudian dipindai oleh petugas. Saya menaiki tangga menuju bagian dalam dan ternyata sudah ada petugas yang menunggu. Tak lama kemudian sang pemandu wisata mengumumkan beberapa hal seperti larangan keras untuk mengambil gambar di dalam kastil dan beberapa poin penting lain seperti peringatan untuk segera memberitahu pemandu apabila ada pengunjung yang merasa tidak mampu melanjutkan perjalanan.

Saat itu rombongan saya cukup banyak, sekitar 50 orang. Secara beriringan kami dipersilakan masuk ke dalam ruangan demi ruangan seperti ruang tidur & ruang baca Raja & Ratu,  ruang berhias dan bahkan ruang tempat Raja Ludwig menempatkan teleskop untuk mengawasi pembangunan kastil Neuschwanstein. Beberapa ruangan memiliki beberapa detil menarik seperti pintu rahasia dan bahkan bulan dan bintang elektrik yang terpasang di salah satunya.

Sang pemandu bercerita mengenai detil-detil kastil dan sejarah pemilik kastil yaitu Raja Maximilian, ayahanda Ludwig II. Kastil ini sesungguhnya hanya merupakan tempat peristirahatan musim panas bagi Raja Maximilian, Ratu Marie beserta kedua putra mereka: Pangeran Ludwig II yang kemudian bergelar King Ludwig II of Bavaria dan Pangeran Otto yang kemudian dinobatkan menjadi King Otto I of Bavaria.

Masa kecil kedua pangeran banyak dihabiskan di kastil ini, sampai-sampai beberapa tahun kemudian Ludwig II memutuskan untuk membangun kastil impiannya sendiri tak jauh dari Hohenschwangau Castle.

Ludwig, Sang Raja yang Eksentrik

Di tahun 1864 Raja Maximilian meninggal secara mendadak sehingga Pangeran Ludwig II segera naik tahta walaupun usianya baru 18 tahun. Tanpa didukung pengalaman yang matang ditambah dengan minat seni yang lebih menonjol daripada memegang tampuk pemerintahan, Raja Ludwig II dikenal sebagai pribadi yang unik. Sang Raja lebih tertarik untuk mengundang komposer favoritnya, Richard Wagner, ketimbang menghadiri acara-acara resmi formal yang seharusnya dihadiri sosok sang Raja.

Tak hanya itu, Raja muda ini juga mengidamkan untuk hidup selayaknya maharaja di jaman-jaman kuno, di mana ia bisa bebas hidup bermewah-mewah dan dapat memerintah semaunya sendiri tanpa peduli peraturan. Perlu diketahui memasuki abad 19 raja-raja di Eropa sudah tidak bisa lagi melakukan hal ini lagi karena mereka harus tetap tunduk pada konstitusi yang ada dan harus memperhatikan aturan-aturan dari Dewan Kota. Untuk memuaskan keinginan duniawi nya ini, Ludwig II kemudian membangun rumah peristirahatannya yang baru layaknya istana di atas bukit angsa yang terletak tidak jauh dari rumah peristihatan keluarganya yang lama, Schloss Hohenschwangau.

Di rumah barunya itu, Schloss Neuschwannstein, Ludwig II bebas menyalurkan daya imajinasi tentang bagaimana seharusnya Maharaja tinggal di sebuah kerajaan yang kaya dan sentausa. Bagaimana seharusnya seorang Raja tidur di kamarnya yang mewah, menggelar pesta dansa nan mewah, dan duduk di tahta yang megah. Sesuatu yang pada saat itu tak lazim dilakukan oleh seorang raja sekalipun. Hal inilah yang kemudian menghabiskan seluruh kekayaan dan pada akhirnya, hidupnya sendiri.

Bahkan di bawah kepemimpinannya pula Bavaria kehilangan posisinya sebagai kerajaan yang independen karena kalah saat perang melawan Prussia. Kekalahan ini menjadikan Bavaria menjadi bagian dalam Imperium Jerman.

Raja Ludwig II tak pernah menikmati perwujudan imajinasinya karena saat beliau meninggal dunia, kastil ini masih jauh dari selesai. Di penghujung akhir tur kami juga melihat beberapa ruangan yang sengaja dibiarkan terbengkalai, sengaja untuk menunjukkan bahwa istana yang dibangun di atas bukit angsa ini memang dibangun secara berlebihan. Di sini sangat terlihat kontrasnya perbedaan undak-undakan kaki yang terdapat di bilik-bilik istana yang telah selesai dihias dengan megah dengan ubin dan tangga pada bagian-bagian lain istana. Bagian yang belum selesai hanya dibiarkan tertutup semen tanpa cat. Kita bisa merasakan langsung di sana betapa eksentriknya sang raja kala masih duduk di atas tahta angsa Bavaria.

Walaupun tujuan awal kastil itu dibuat tidak akan dibuka untuk umum tetapi kemudian pemerintah melihat adanya peluang untuk memperoleh pendapatan tambahan. Terlebih melihat lokasinya yang cukup menarik didukung dengan kisah misterius meninggalnya sang pemilik kastil. Sebagai persiapan pembukaan untuk umum, Gubernur Luitpold menambahkan listrik dan fasilitas lain supaya kondisi kastil lebih ramah pengunjung. Luitpold meninggal dunia di tahun 1912, setahun sebelum akhirnya kastil dibuka untuk umum.

Lokasinya yang terpencil merupakan berkah tersembunyi karena terbukti hal inilah yang menyelamatkannya dari kehancuran saat Perang Dunia II bergejolak. Walaupun saat ditinggal pergi pemiliknya istana ini belum selesai, ruangan-ruangan yang sudah jadi sangat indah. Kamar tidur sang Raja berisi tempat tidur besar dan bagian atasnya penuh dengan ukiran gambar semua Pemandu wisata bercerita mengenai teknologi revolusioner yang ada di dalam kastil seperti fasilitas pemandian air panas, di mana air diambil dari sumber mata air yang cukup jauh letaknya dengan menggunakan sistem yang termasuk modern di masa itu. Belum lagi pintu rahasia di kamar yang menuju ke toilet dan tempat cuci tangan yang berbentuk angsa serta automatic flushing system di dalam toilet.

Akhir Kisah Hidup yang Tragis

Raja Ludwig II terkenal akan sifatnya yang tidak biasa, sehingga ia popular di kalangan rakyatnya. Beberapa sumber mengatakan bahwa ia membangun kastil Neuschwanstein dengan uang pribadinya, tanpa mengusik kas negara sama sekali. Sayang akhir hidupnya tidak terlalu indah. Pada tanggal 10 Juni 1886 ia dinyatakan tidak waras oleh pemerintah sehingga tidak kapabel menjabat sebagai Raja. Tiga hari kemudian ia ditemukan tewas di dalam danau Starnberg. Rumor menyebutkan ia bunuh diri karena vonis yang baru diterimanya. Namun ada juga kabar burung yang mengatakan bahwa tak ditemukan air di dalam paru-parunya sehingga kemungkinan ia dibunuh juga terbuka lebar. Sampai saat ini kebenaran mengenai kematian Ludwig II tak pernah diketahui dengan pasti.

Terlepas dari kisah hidupnya yang tragis, kreativitas Raja Ludwig II memancing ide Walt Disney untuk membangun kastil yang bentuk eksterior dan interiornya menyerupai istana idaman. Kastil Aurora sang Sleeping Beauty di Disneyland dibangun berdasarkan gambaran tersebut. Disneyland Park California merupakan Disney park pertama di dunia yang otomatis menjadikan Sleeping Beauty Castle sebagai kastil tertua di dunia.

Menjangkau Hohenschwangau

Kota besar terdekat dari Hohenschwangau adalah Munich. Penerbangan dari Jakarta pada umumnya singgah di Singapura atau Kuala Lumpur sebelum lanjut ke Jerman. Tiket dapat diperoleh mulai dari USD 1.050 pulang pergi. Dari Munich Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan Regional Express Train menuju Füssen dan dilanjutkan dengan naik bis yang banyak tersedia di seberang stasiun Füssen.

Anda tidak perlu membawa uang Euro langsung dari Indonesia karena ATM di Bandara atau Stasiun menerima kartu bank Indonesia, namun sebelumnya jangan lupa untuk menginformasikan bank Anda bahwa akan ada penarikan tunai di luar negeri untuk mencegah pihak bank memblokir rekening Anda

Tips for your trip

  1. Usahakan untuk datang di pagi hari karena jadwal tur berbahasa Inggris tidak sebanyak tur berbahasa Jerman
  2. Siapkan stamina yang prima karena perjalanan menempuh kastil ini membutuhkan tenaga yang cukup besar
  3. Tiket masuk masing-masing kastil sebesar EUR 12, sementara tiket kombinasi sebesar EUR 20
  4. Be on time! Pengunjung harus masuk sesuai dengan jadwal yang tertera di tiket. Pastikan anda sudah siap di depan gerbang masuk kastil 10 menit sebelum waktunya.
  5. Perhatikan jadwal shuttle bus dari loket tiket ke Neuschwanstein dan sebaliknya karena bila ketinggalan bus maka pengunjung harus berjalan kaki sekitar 1 jam lamanya.
  6. Apabila anda tidak berencana kembali ke Munich di hari yang sama, perhatikan juga jadwal kereta dari Fussen ke Munich.
Tags:

5 Comments to “Dimuat di Cleo Magazine Maret 2015”

  1. n t a p

    keren euy, sekalian ke Austria nya engga

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: