(Nyaris) Kecopetan di Barcelona

Banyak cerita mengenai copet yang saya dengar di beberapa negara Eropa seperti Prancis, Spanyol dan Italia. Tapi tak pernah terbayangkan saya akan mengalaminya sendiri di Barcelona.

Tanggal 1 Juni siang saya dan suami berjalan menuju dermaga Moll Adossat di kawasan pelabuhan kota Barcelona tempat cruise ship, wahana petualangan kami di Eropa selama 8 hari ke depan, berlabuh. Saya jalan di depan sementara suami menyusul di belakang. Kami berdua masing-masing menggendong satu ransel besar dan menyandang satu tas selempang yang sengaja diposisikan di depan badan kami. Kamera, handphone, paspor, uang tunai, kartu kredit dan ATM Amerika maupun Indonesia ada di tas selempang saya dan suami sementara ransel hanya berisi baju, obat-obatan, peralatan mandi, laptop dan tablet.

Kebetulan jalanan sedang sepi, saat itu hanya ada kami berdua. Sampai beberapa saat kemudian, ada pasangan laki-laki dan perempuan berjalan menyusul di belakang. Awalnya saya dan suami tidak begitu mempedulikan keberadaan mereka sampai tiba-tiba mereka berteriak “Bird! Bird!

Saya yang saat itu masih belum paham dia ngomong apa agak bingung hingga si laki-laki menunjuk-nunjuk ke arah tas ransel suami saya terdapat banyak sekali noda hijau. Ternyata dia berusaha bilang bahwa ada kotoran burung menjatuhi kami.

“Do you speak English?” kata si laki-laki.

“Yes”

“A lot of bird!”

Bodohnya, saya langsung percaya saja sama dia. Maklum saya sedang capek-capeknya setelah 6 hari berjalan kaki berkeliling kota di Eropa plus saat itu saja saya sudah berjalan kaki selama 30 menit dari stasiun subway terdekat menuju pelabuhan jadi konsentrasi saya sebenarnya sedang memikirkan capek punggung dan kaki yang bagaikan digantungi batu.

Si perempuan dengan hebohnya mengeluarkan tisu basah dan menyodorkan kepada saya. Si perempuan memaksa untuk membersihkan tas saya sementara suami didorong-dorong agar membelakangi saya. Sebenarnya suami sudah menduga ada yang tidak beres dengan mereka, namun sejauh itu belum ada hal yang membenarkan firasatnya. Ketika suami nampak sedikit acuh dan berjalan menjauh, si laki-laki berlari mengejar seraya meyakinkan untuk segera membersihkan kotoran burung yang saat itu memang banyak sekali ada di kerudung dan ransel saya. Akhirnya kami pun selama beberapa saat disibukkan untuk menyeka kotoran burung yang nampak tiada habisnya di baju dan ransel kami.

Terima kasih pada matahari yang saat itu menyorot terik karena sekilas suami melihat di tanah ada bayangan tangan mengambil dompet dari arah tas selempangnya. Benar saja! Dompet suami sudah berhasil digondol si pencopet laki-laki dan terpegang di tangan dia seraya ditutupi dengan selembar peta yang sengaja dibawa untuk penyamaran.

Kontan saja, suami langsung menghardik dan merebut dompetnya kembali sementara saya juga segera mengecek tas untuk melihat apakah dompet, kamera dan uang saya masih ada. Alhamdulillah semua masih utuh. Begitu ketahuan mereka langsung lari menjauh dari kami. Saya benar-benar bersyukur karena mayoritas uang tunai kami dan seluruh kartu ada di dalam dompet itu.

Sehabis kejadian itu, suami hanya tertawa kecil seraya bercerita kalo kejadian yang sering dialaminya di Jakarta ternyata ditemui juga selama berkelana di negara maju macam Spanyol ini. Hanya bedanya di sini para pencopet melakukannya “lebih” lagi dengan sedikit bersandiwara. Tidak main ‘hit and run‘ layaknya pencopet di Jakarta. Sampai sekarang pun saya dan suami tidak dapat menduga bagaimana cara mereka bisa menyemprotkan cairan serupa kotoran burung ke ransel dan baju kami, dan siapa pelakunya karena saat itu mereka memegang alat bersandiwara di tangan mereka, selembar peta dan sebungkus tisu basah.

Jangan dikira kami sembarangan meletakkan dompet itu. Dompet dan benda berharga lain sudah diletakkan di tas selempang dan itupun ditaruh di kantong ber-resleting di bagian dalam. Tapi karena perhatian kami terpecah dan badan didorong-dorong ditambah sedang capek sekali jadi kami tidak terlalu awas akan orang mencurigakan.

Jadi apa yang bisa dipelajari dari pengalaman ini? Jangan biarkan ada orang yang menarik perhatian kita. Seharusnya saat itu kami langsung lari dan menjauh saja dari mereka dan tidak menggubris sama sekali. Apabila memang ada yang kotor, sebaiknya dibersihkan di tempat yang aman.

Di sisa perjalanan kami memutuskan untuk memisah uang tunai dan kartu kredit dari dompet. Dompet kami masukkan ke ransel. Uang tunai dan 1 kartu kredit yang dipakai, bilamana perlu, kami selipkan dalam kantong-kantong di tas selempang yang susah dijangkau, bahkan oleh kami sekalipun 🙂

5 Responses to “(Nyaris) Kecopetan di Barcelona”

  1. Suamimu benar Ning, modus copet bersandiwara ada juga di Jakarta 😀 . Aku pernah nyaris kecopetan di kopaja. Naik dari Atmajaya. Busnya sepi paling 5 orang. Aku duduk di belakang supir.
    Eh ada pria yg teriak “ada ular” .. pas aku mau turun, kedua tanganku disuruh pegang ke atas, supaya ga jatuh. Ah pokoknya drama banget mengalihkan perhatian, bahkan pas mau turun ada yg sengaja pura2mau turun juga. Ternyata di bus tsb isinya komplotan copet. Thanks God ga ada yg hilang, cuma resleting tas sdh rusak parah.

  2. wow… parah..
    untung ketauan ya…

  3. Mbak, ya ampun serem banget! Tapi emang pas aku ke Barcelona kemarin, aku diperingatin sama pedagang-pedagang disana supaya hati-hati apalagi sama yang tampangnya Arab. Padahal yang memperingatkan itu orang Arab juga. hehehe. Banyak imigran nakal soalnya..

  4. harusnya mbak langsung teriak aja waktu itu, copeeettt gitu 🙂

Trackbacks

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: