Saya dan suami merencanakan acara untuk Spring break kali ini tak lama setelah Winter break berakhir. Bisa dibilang sudah tak sabar untuk kembali berlibur, apalagi Spring break ini berlangsung seminggu penuh. Dari sekedar ide asal dan iseng mengajak seorang teman, Dani, akhirnya jalan-jalan dengan cruise terwujud lagi. Cruise yang dipilih kali ini berdasarkan pertimbangan waktu, jenis hiburan yang disajikan di kapal dan itinerary. Saya dan suami ingin berlayar ke negara selain Mexico, sementara Dani ingin kapal yang menyediakan hiburan Broadway Theatre di dalamnya. Dari utak atik web Royal Caribbean dan Carnival didapatlah kapal yang sama dengan perjalanan kami Desember lalu: Liberty of the Seas.
Itinerary perjalanan kapal kurang lebih sebagai berikut:
Hari 1 Fort Lauderdale, Florida, waktu berangkat 4:30 PM
Hari 2 Cruising, berlayar menyusuri pesisir Florida, Keys, dan Cuba menuju perairan Karibia barat
Hari 3 Labadee, Haiti, waktu tiba 7:30 AM dan waktu berangkat kembali 3:30 PM
Hari 4 Falmouth, Jamaica, waktu tiba 8:30 AM dan waktu berangkat kembali 4:30 PM
Hari 5 Cruising, berlayar dengan rute yang sama dengan saat berangkat
Hari 6 Fort Lauderdale, Florida, waktu tiba 7:00 AM
Saya sengaja mencari negara yang tidak mensyaratkan visa bagi pemegang paspor Indonesia. Dari berbagai negara tujuan seperti Bahamas, Haiti, Jamaica, Mexico, Bermuda dan lain-lain, hanya Bahamas yang rewel soal visa. Mexico yang kami kunjungi tahun lalu membebaskan kami bukan karena faktor paspor Indonesia, melainkan karena kami punya visa US yang valid. Jadi kalau ingin berkunjung ke Mexico dari Indonesia, tetap harus mengajukan permohonan visa Mexico ya :). Haiti dan Jamaica membebaskan kami dari persyaratan visa karena kami penumpang cruise. Saya lupa ketentuan pastinya untuk pengunjung selain penumpang cruise.
Salah satu tips untuk calon penumpang yang berangkat dari Amerika, jangan lupa untuk memanfaatkan diskon US Residence. Saya dan suami memilih untuk tidak membuat State ID jadi tahun lalu tidak memanfaatkan harga khusus. Berhubung kali ini berangkat bersama Dani yang punya Pennsylvania State ID, kami mendapat potongan harga kurang lebih $100. Lumayan khan. Tips lain: selalu sediakan uang pecahan $1 untuk memberi tip kepada porter, petugas room service delivery atau penduduk lokal di tempat tujuan.
Siang itu kami berangkat dari hotel di Kissimmee, FL sekitar jam 9 dan sampai di Fort Lauderdale, FL sekitar jam 1 siang. Langkah yang dilakukan sama persis seperti tahun lalu. Kami menyerahkan bagasi kepada porter di luar lengkap dengan tip sebesar $1 per koper. Setelah urusan koper selesai, kami mulai antri untuk check in. Proses check in hanya melibatkan verifikasi paspor, visa dan I-20 (berhubung kami datang dengan visa F1 dan F2) serta mengisi formulir pernyataan kesehatan dan foto untuk keperluan keamanan. Setelah mendapatkan SeaPass Card, kami diijinkan masuk ke kapal.
Kondisi Liberty of the Seas persis sama dengan yang saya ingat sebelumnya. Bersih dan teratur. Tidak seperti perjalanan yang lalu di mana saya harus puas dengan kamar berjendela karena balcony stateroom habis dipesan, kali ini kami berhasil mendapatkan balkon karena kami pesan jauh-jauh hari. Menumpang Liberty of the Seas untuk kedua kalinya sama sekali tidak membosankan. Terlalu banyak hiburan dan aktivitas yang disediakan kapal sampai-sampai kami kadang harus mengorbankan salah satu acara demi mengikuti acara lainnya.
Hal pertama yang kami lakukan setelah selesai check in adalah meletakkan barang tentengan di kamar dan kemudian makan siang di Windjammer cafe. Makanan yang tersedia dalam bentuk buffet yang tak pernah habis ini benar-benar cocok untuk yang kelaparan setelah menyetir 3 jam. Melihat saya dan Dani yang mengenakan jilbab, kami disapa waiter muslim dengan Assalamualaikum. Setelah berbincang sejenak dengan kami (bertanya asal kami dari negara mana), ia menghilang dan kemudian tiba-tiba kembali sambil menarik seorang kawan. Ternyata ia mengajak teman sesama waiter yang berasal dari Bali yang bernama Putu. Kami sempat ditawari minuman oleh Putu, yang terpaksa kami tolak karena sudah kenyang.
Setelah makan siang kami menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan mengitari kapal kemudian mengikuti muster drill alias pengarahan mengenai apa saja yang harus dilakukan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan di kapal tersebut. Pengarahan ini bersifat wajib, absensi dilakukan dengan melakukan scan atas Sea Pass Card sehingga dapat diketahui siapa saja yang belum hadir. Selesai muster drill, kami kembali ke kamar untuk bersiap-siap makan malam.
Sesampainya di kamar ternyata koper dan stateroom attendant kami sudah menunggu. Berbeda dengan perjalanan tahun lalu di mana saya tidak pernah melihat stateroom attendant kami, kali ini sang attendant memperkenalkan diri dengan ramah. Perbedaan perlakuan ini jelas berakibat pada perbedaan sikap saya terhadap mereka. Kalau di perjalanan lalu saya tidak meninggalkan ekstra tip, di hari terakhir saya dan Dani meninggalkan amplop berisi sedikit dolar tambahan untuk Marso, sang attendant yang berasal dari Filipina. Jangan salah sangka, sebagai penumpang cruise kami diwajibkan untuk memberi tip sebesar $12 per hari per orang yang kemudian dialokasikan untuk stateroom attendant, waiter dan kitchen staff. Saya lupa pembagian per orangnya berapa, yang pasti saya dan suami membayar sebesar $120 hanya untuk tip. Berhubung kami merasa puas dengan keramahan dan hasil kerja Marso, kali ini saya menambahkan tip sebagai penghargaan lebih.
Makan malam kami di hari pertama dilayani oleh waiter asal Thailand, Peamkait. Seperti halnya saat makan siang, kali ini pun Pam menyeret kawannya yang bernama Sigit untuk diperkenalkan kepada kami. Dari namanya saja sudah jelas khan, Sigit ini berasal dari Indonesia juga, hehe. Cukup lama juga Sigit berbincang dengan kami, ia bercerita bahwa karirnya di kapal sudah menginjak tahun ke-13 dan sebentar lagi ia memutuskan untuk berhenti berlayar karena akan menikah. 13 tahun! Wow!
Seusai makan malam kami bersiap-siap di Royal Promenade, jantung keramaian dan aktivitas Liberty of the Seas. Malam pertama akan dimulai dengan Socalicious Parade, pawai a la Mardi Gras yang sangat meriah dengan kerlap kerlip lampu dan tata kostum maksimal. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, kadang kami harus mengorbankan satu acara demi acara lain. Kali ini kami terpaksa mengorbankan penampilan pertama Steven Scott, seorang comic, sekitar pukul 7.30 malam karena masih di ruang makan. Maklum, berhubung tidak mau rugi jadi kami memutuskan untuk selalu makan malam di Main Dining Room yang disajikan dalam bentuk fine dining lengkap dengan entree, main course dan dessert. Jelas saja waktu yang dibutuhkan untuk makan tidak bisa sebentar. Minimal kami harus meluangkan waktu 1.5 jam untuk makan. Untung saja masih ada late night stand up comedy yang disajikan oleh comic yang sama, Steven Scott, pukul 11.15 malam. Dan ternyata memang Steven Scott layak ditunggu karena lucu dan serba bisa. Beberapa kali ia memamerkan keahliannya menirukan alat musik seperti harmonika, terompet, gitar dan drum dengan mulut. Sepertinya sendirian pun dia bisa bikin orkestra full sendiri, keren!
Setelah acara stand up comedy selesai, saya sudah terlalu mengantuk dan tidak tertarik untuk mengikuti acara apapun lagi. Dani yang masih bersemangat melanjutkan ke Schooner Bar yang ramai karena ada performance dari Bernie Martini. Si Bernie ini di kemudian hari menjadi favorit Dani, hampir setiap malam Dani berkunjung ke sini untuk menyaksikan Bernie menyanyikan lagu favorit Dani: Sweet Caroline dan Piano Man. Yang jelas stamina saya dan suami tidak sekuat itu, seringkali jam 12 malam sudah kembali ke kamar yang nyaman.