gambar dari books.google.com
Akhirnya selesai juga baca buku ini. Saatnya menulis review supaya tidak lupa. Maklum, semakin bertambah umur kok saya sering lupa berbagai hal, apalagi detail buku yang dibaca.
Buku ini terdiri dari 11 bab di luar Introduction dan bla bla bla di bagian akhir. Bla bla bla ini justru menghabiskan 30 – 35% buku lho, jadi boleh dibilang isinya tidak terlalu banyak.
Sheryl seperti sedang menulis buku harian, dimulai dari cerita saat dia hamil anak pertama, kemudian beberapa kali mundur ke masa kuliahnya di Harvard, lalu loncat ke masa sekarang, tiba-tiba bercerita soal neneknya. Timeline-nya melompat deh pokoknya.
Seperti yang pernah saya sebutkan di sini, saya kurang sreg begitu mengetahui bahwa ini cenderung ke self-help genre. Kebetulan saya memang tidak suka motivator dan turunannya, baik berupa buku atau kicauan di twitter.
Sheryl banyak bercerita tentang pengalaman kerjanya di semasa di United States Secretary of the Treasury, Google dan Facebook lengkap dengan nama rekan-rekannya. Mungkin satu-satunya hal yang menarik buat saya adalah kisah saat di US Secretary of the Treasury yang sayangnya tidak terlalu banyak diceritakan.
Bab pertama yaitu ‘What Would You Do if You Weren’t Afraid?”, yang dari judulnya saja sudah sangat berbau memotivasi :p berisi cerita apa yang memotivasi Sheryl memulai menulis. Di bab ketiga ia bercerita mengenai sebuah studi kasus tentang sesosok pemimpin sukses yang diceritakan memiliki outgoing personality dan kasus ini dilempar kepada dua kelompok mahasiswa untuk dinilai apakah kira-kira para mahasiswa akan menyukai sosok ini atau tidak. Bedanya: tokoh yang dilempar ke kelompok A bernama Heidi sementara kelompok B mendengar nama Howard. Hasilnya, Howard lebih disukai ketimbang Heidi. Jeng jeeeng! Padahal si tokoh ini adalah tokoh nyata bernama Heidi Rozen. Kenapa hasilnya bisa beda? Nah inilah yang disorot oleh Bu Sandberg.
30% bagian akhir buku dihabiskan sebagai referensi dari jurnal, halaman berita, diskusi atau penelitian mana isi buku ini diambil. Kalau menurut saya bagian ini terlalu banyak, apalagi dibandingkan dengan buku-buku psikologi semacam Dan Ariely. Ya memang sih, Ariely itu dosen, jadi mungkin cara penyampaiannya beda (dan menurut saya lebih menarik).
Saya memberi 2 bintang di Goodreads untuk buku ini. Tetapi jangan salah, rating dari pembaca lain cukup tinggi lho, 40% memberi 5 bintang. Jadi kalau memang penasaran, monggo dibaca 🙂