‘When Backpackers Grow Up or Get Rich’
Iseng-iseng menjelajah internet dan nemu istilah yang kayaknya pas banget menggambarkan sosok saya dan suami kalau jalan-jalan. Mau dibilang backpacker kayaknya kok tidak terlalu pas. Tapi kami juga bukan turis yang ikut tour & travel. Paling banter ya Hop On Hop Off pas ke Manhattan pertama kali dulu. Pertimbangan kami untuk tidak backpack-ing antara lain: kamar hostel yang model dorm jatuhnya lebih mahal lho kalo sewa buat 2 orang. Semisal per bed sekitar 35 USD, berdua jatuhnya 70 USD, tidurnya sendiri sendiri.. padahal dengan harga segitu nambah dikit lagi bisa dapat kamar private, tidurnya berdua pula, hihihi. Sebenarnya di hostel juga menyediakan private room sih, tapi kami belum pernah coba. Alasan kedua lebih ke faktor U yang nggak mengijinkan kami jalan-jalan keliling kota menggendong ransel yang berat. Jadilah medium suitcase jadi pilihan buat mengepak kebutuhan kami selama berjalan-jalan.
Pada intinya sih prinsip backpack-ing masih dipegang erat: it’s a journey, not destination. Jadi saya dan suami tidak rewel kalau menyangkut kamar hotel yang sempit (yes, Milner Boston.. I’m talking to you), harga sewa kamar tidak termasuk sarapan (kami biasa membawa sarapan sendiri :p), pemandangan di luar kamar yang hadap-hadapan dengan kamar lain (tutup tirai rapat-rapat biar ngga kelihatan ngapain aja) atau resepsionis yang kurang ramah.
Saat ini saja saya sedang asyik mempersiapkan itinerary di saat suami Spring Break. Lumayan, libur seminggu bisa dipakai ke Nevada dan Arizona, hihihi.