Tips & Trik Membawa Uang ke Luar Negeri

note: catatan ini ditulis oleh suami saya

Salah satu hal yang menjadi kekuatiran para pengembara S2 Luar Negeri waktu itu adalah bagaimana cara membawa uang secara aman dan nyaman. Mulai dari saat pengambilan uang (di Kantor Cabang Khusus) sampai tiba di negeri seberang. Apalagi uang ransum yang diberikan di awal jumlahnya cukup lumayan (untuk men-cover biaya hidup 3 bulan pertama), tidak lucu apabila tetiba tercecer, hilang, atau bahkan dirampok di tengah jalan, 3 bulan pertama di sana mau makan apa? Ati bukan salah satu opsi untuk dimakan di sana.

Dari pengalaman angkatan-angkatan sebelumnya, didapatkan beberapa pencerahan. Ada yang memisah-misahkan uangnya dalam kumpulan-kumpulan kecil kemudian ditaruh di berbagai tempat. Mulai dari koper bagasi, koper kabin, dalam kaos kaki, diinjak di dalam sepatu, dan di balik kutang. Ok, baiklah, 3 tempat terakhir memang sengaja dilebih-lebihkan agar suasana terlihat lebih intens gentingnya. Tujuan si empunya ide tentu saja, meminimalkan risiko kehilangan, jadi kalaupun terembat orang, tidak semuanya. Awalnya berisiko kudu puasa 3 bulan penuh jadi cuma ga mandi 3 hari (apa hubungannya?).

Ada pula yang khusus membeli tas pembawa uang (merek-merek yang menyediakan utils untuk para travellers seperti Delsey, Samsonite menyediakan tas untuk keperluan itu, berkisar 150-300 ribu rupiah) yang biasanya berukuran tipis seperti tas pinggang, dikenakan di bawah baju agar dari luar tak tampak sedang membawa uang dalam jumlah besar. Risikonya sih, apabila butuh uang lebih, dijamin mendadak kudu nari Saman, karena untuk mengambil uang dalam tas itu jadi rada ribet, harus buka-buka baju segala.

Nah, sebagai seorang IT perbankan bermental orang kaya, saya memilih metode yang lain. Dengan membagi uang menjadi tiga bagian. Satu bagian saya bawa dalam perjalanan sebagai bekal di sana barang 1-2 minggu. Dan dua bagian yang lain disimpan dalam rekening valas, dengan harapan sesampainya di sana, setelah membuka rekening di sana, akan saya SWIFT-kan dari Indonesia (catatan: SWIFT = transfer uang ke luar negeri).

Ongkos transfer via SWIFT yang estimasi awalnya (saat dikonfirmasikan di cabang BRI terdekat) USD 5 + USD 25 (biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pengirim agar nominal yang dikirimkan diterima penuh di rekening tujuan a.k.a. full amount fee) dianggap tidak menjadi masalah.

Saat itu sempat pula terpikir sisa uang tersebut ditarik di sana dari ATM berlogo Cirrus. Tetapi setelah berhitung dengan menimbang (1) maksimum nominal penarikan sehari dari ATM Cirrus (maks. 10 juta rupiah per hari), (2) jumlah uangnya sendiri dan (3) biaya 1x penarikan di ATM tersebut (30 ribu rupiah) jelas terlihat metode 1x transfer via SWIFT masih lebih mangkus dan sangkil.

Hanya saja, metode SWIFT ini memiliki kekurangan yang sangat mendasar, harus ada yang mengeksekusi instruksi transfer tersebut (karena pada kebanyakan bank, SWIFT remittance harus dilakukan di counter CS+teller). Jadi siapa yang bisa melakukannya? Saya tidak bisa, either as Putri, karena dia akan ikut bergerilya dari awal (ada hak dia juga sih di sini).

Untung saja, sejak jaman kapan tauk Putri memegang rekening valas USD di Bank Commonwealth. Internet banking bank yang berafiliasi dengan Australia ini ternyata dilengkapi fasilitas SWIFT remittance. Apalagi PIN memakai sistem token, alih2 via mobile token. Sip, cara ini bisa digunakan. Tentu saja, teriring doa sesampainya di tujuan, token tidak rusak dan tidak juga drop batere.

Lebih meyakinkan diri, saya sempat mendatangi CS di kantor Bank Commonwealth terdekat, dan iya, si CS meyakinkan apabila transfer SWIFT ke berbagai bank di luar negeri sangat dimungkinkan dengan menggunakan internet banking bank tersebut, saya bahkan mendapat tawaran demo apabila saat itu sedang membawa token.

Singkat cerita, checking account Chase berhasil diperoleh di cabang terdekat dari kampus saya. Lega menyeruak, mengingat nama bank ini cukup kesohor, jadi tidak ada kemungkinan tidak ada dalam daftar bank tujuan internet banking Bank Commonwealth. Analogi lain, teman di Pittsburgh dan Maryland membuka rekening di PNC atau Capital One, yang notabene less familiar di telinga Indonesia kebanyakan, mungkin saja untuk mempertebal confidence level, saya akan buka rekening satu lagi hanya untuk keperluan ini, hehehe…

Dengan bermodal routing dan account number, malamnya saya mengakses internet banking Bank Commonwealth di: https://commaccess.commbank.co.id/

 

Yang perlu diperhatikan saat melakukan transfer hanya nominal uang yang dikirimkan, harus dipastikan tidak terjadi overdraft balance (uang habis) setelah dikurangi biaya transfer SWIFT via internet banking yang setara IDR 25 ribu atau setara USD 2.64

Masalah lain lagi, dalam sistem, kolom isian routing number yang biasanya juga disertakan saat SWIFT remittance tidak ada. Tapi dengan segala kebulatan hati, malam itu transaksi dieksekusi. Klik Send!

Hari berikutnya (dari pagi hingga malam), belum terjadi perubahan apa2 dalam kolom Credit rekening saya

Keesokan paginya, uang tersebut sudah masuk. Syukurlah, ternyata hanya perlu satu hari saja. Tetapi uang yang diterima berkurang sebanyak USD 15 dari nominal yang dikirim (saya memang tidak memilih opsi full amount). Bisa jadi incoming fee SWIFT dari bank penerima (Chase), sesaat saya bersorak karena nominalnya lebih kecil dari full amount fee yang biasanya USD 25 itu. Hanya saja saat itu status transaksi masih PENDING alias belum terbuku.

Baru kemudian hari berikutnya transaksi tersebut resmi terbuku. Semakin lega. Hanya saja, ada potongan USD 15 tambahan lagi pada rekening. Agak sedikit geram. Usut punya usut, itu incoming fee untuk transfer domestik dari Chase. Sialan, sepertinya bank-bank di Amerika memiliki policy sedikit2 menaruh biaya untuk setiap transaksi pemegang rekening. Transfer keluar/masuk selain dengan rekening Chase terkena potongan USD 15. Ini yang namanya konsekuensi kenyamanan, diambil hikmahnya saja, uang sudah sampai di sini dengan selamat. Tidak ada kecemasan jadi gelandangan di sini…

detil biaya beberapa bank di Amerika

KESIMPULAN:
Plus: cepat, cuma butuh 1 hari uang sampai di tujuan, walaupun belum terbuku dalam rekening; transfer fee sifatnya fixed, mau kirim dari USD 1 sampai nominal maksimal transfer (setara IDR 200 juta) bebannya sama
Minus: potongannya lumayan, USD 2.64 (di bank pengirim) + 2 x USD 15 (di bank penerima)

PS (revisi artikel  tanggal 22/08/2012): total SWIFT fee di bank penerima = foreign incoming wire transfer fee + domestic incoming wire transfer fee (sesuai tabel di atas untuk 10 bank terbesar di Amerika). Jadi kalo pengen murah di ongkos, buka rekening di Citibank atau Capital One atau bank lain yang ada promo gratis incoming wire transfer fee ya…

Testing berikutnya, kirim-kirim uang via PayPal…

Tags:

2 Comments to “Tips & Trik Membawa Uang ke Luar Negeri”

  1. SWIFT sebenernya berlaku global. Jadi, nggak masalah kalo banknya bank gurem sekalipun, asal punya sandi SWIFT dan routing number pasti nyampe kok. Soal fee, itu yang beda-beda. Dulu dengan PNC, saya bisa buka student’s account yang sangat akomodatif. Selain free checking, dia mengizinkan kita terima satu transaksi incoming SWIFT gratis per bulan. Sesudah itu kena fee, yang sayangnya saya lupa berapa.

    Soal SWIFT vs. PayPal, argumennya cuma masalah kemudahan vs. fee. Fee-nya PayPal bertingkat sesuai nominal, kalo SWIFT setahu saya nggak (unless bank pengirimnya bikin fee structure sendiri ya). Memang lebih mudah PayPal sih, bisa dari kartu kredit sendiri, kena grace period sampe tanggal tagihan pula bayarnya. Hehehe. Kudos untuk Commbank kalau mereka bisa melayani transaksi SWIFT remittance dengan mudah via Internet Banking-nya.

    Ada alternatif lain yang tidak pernah saya coba yaitu Western Union et. al. Dari pengalaman jaman on the job training dulu, ini juga ada fee bertingkat sesuai nominal. Di Indonesia banyak banget bank yang nerima jasa kirim dan terima WU ini. BRI, Mandiri, dan kalau nggak salah sekarang Kantor-kantor Pos juga ada banyak yang melayani. Sayangnya di US benda ini malah seperti tak terdengar, paling nggak di Pittsburgh. Nggak pernah nanya juga sih ke bank-bank, tapi dari jumlah papan neon yang beda banget populasinya dengan di Indonesia rasanya jadi malas menggunakannya. Pernah liat satu dua di beberapa tempat di Pittsburgh, tapi lokasinya biasanya jadi satu sama toko liquor, bail bonds, loan sharks dan semacamnya. Shady businesses in my opinion. Makanya nggak pernah coba.

    • Western Union kayaknya banyak dipake di Canada. Dulu pas masih jadi teller Mandiri sering terima transaksi WU (ortu kirim ke anaknya).Di sini juga ga pernah lihat plang WU, ngga kayak di Jakarta yang bahkan Indomaret & Alfamart aja pasang plang WU.
      Tapi ga pernah niat nyoba WU karena yang dikirimi uang dan yang mengirimi ada di sini sih. Eksekutor di Indonesia ga ada

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: