SIM Internasional (written by my husband)

gadung tampak luar

bukan kantor eka frestya, dia di gedung satunya lagi 😀

Setelah paspor, I-20, imunisasi dan Visa, hal lain yang tidak kalah penting diurus sebelum berangkat kuliah ke Amerika adalah International Driving Permit (seterusnya akan disebut sebagai IDP) a.k.a. SIM Internasional. Diperlukan karena kalaupun nanti di Amerika tidak berencana membeli mobil (walau di sana dikabarkan harga mobil second murah, gambarannya Hyundai Accent hanya berkisar USD 3,000 di showroom), untuk menyewa mobil pun salah satu syaratnya adalah telah memiliki International Driving Permit.

Menyebut IDP sebagai SIM saat di luar negeri pun tidak selamanya tepat. Hasil cek di beberapa situs DMV di Amerika, IDP hanya berfungsi sebagai terjemahan SIM berbahasa Indonesia itu ke beberapa bahasa asing yang resmi berlaku. Di website itu disebutkan ke 10 bahasa asing (tapi belakangan cek di IDP saya, ternyata hanya ada 7 bahasa, entah yang 3 lagi dikorupsi di mana, Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Jepang, Rusia dan Arab). Karena cuma terjemahan, maka saat mengemudi mobil di jalan di sana, SIM asli tetap harus dibawa, dan IDP hanya berfungsi supaya polisi setempat bisa mengerti arti dari isi SIM kita.

Persepsi umum biasanya adalah kita bisa bebas pakai IDP Indonesia di seluruh dunia. Ternyata tidak juga, tidak semua negara mengakui IDP Indonesia (sepertinya mereka tahu kalau budaya “tembak-menembak SIM” lazim dilakukan di Indonesia). Pula di Amerika, masing-masing State di sana juga punya policy masing-masing. Contoh: di state NY (tempat saya bakal kuliah nanti) mengakui IDP terbitan negara apa saja, alias bebas2 saja mau pakai IDP di sana dari negara manapun, tapi lain lagi di state MA, IDP Indonesia tidak diakui di sana. Di state semacam ini, suka tidak suka kita harus apply SIM lokal untuk dapat mengemudikan mobil di jalan.

O iya, IDP Indonesia ini hanya berlaku 1 tahun, jadi karena kuliah biasanya 2 tahun, ya mau ga mau di tahun kedua kita harus apply SIM lokal.

Soal SIM Internasional ini, sepertinya udah cukup jelas ya. Sekarang beringsut ke cara mendapatkannya.

Beruntunglah terkait soal IDP ini, sebelum saya, teman seangkatan ada yang lebih dulu membuka jalan (hai Ana! <– *komen istri saya, penulis*), paling tidak, saya sudah dapat gambaran sebelumnya mengenai prosedur dan cara applynya.

Dan rincian dari saya sendiri paling tidak seperti ini:

  1. Sebelumnya, siapkan (biar prosesnya jadi lebih cepat) fotokopi paspor 1x, fotokopi SIM A 1x, fotokopi KTP 1x, pasfoto berkemeja (boleh tanpa dasi, background biru) 4×6 3 lembar, meterai 6000 1 lembar serta uang 250 ribu. Inkonsistensi alamat dalam kedua pengenal sepertinya diacuhkan begitu saja, karena dalam kasus saya: alamat di SIM A dan KTP berbeda propinsi (Sleman dan Jawa Barat) tidak diapa-apa-kan sama sekali (P.S.: ibu2 polwannya baik2 koq walaupun rada ceriwis)
  2. IDP Indonesia hanya dikeluarkan oleh Mabes Polantas RI, yang ada di Jalan MT Haryono (sederet dengan Carrefour MT Haryono, Menara Hijau dan BPK Propinsi Jakarta), kalau ke sana via Gatsu, putar balik paling cepat itu di Stasiun Cawang (setelah Tebet Green, dan Menara MTH). Parkiran motor ada di halaman ujung belakang, setelah jalan kecil, melewati ATM BCA dan garasi mobil2 polisi. Beruntung, kantor pelayanan SIM internasional bukan di gedung utama (di pinggir jalan MT Haryono), tapi di gedung National Traffic Management lama di sebelah kiri masjid, atau di sebelah kanan gedung NTMC yang baru (gede warna biru). Makanya kalau pas beruntung datang ke sana agak siangan (mendekati jam 10-11) bisa papasan jalan dengan Briptu Eka Frestya, atau Brigadir Avvy Olivia sudah dengan makeup full face siap2 syuting laporan traffic jam 12 di MetroTV (*hehehehe* sendiri sempat papasan dengan poltik yang lain *yang namanya pun aku lupa… dem! eni atau siapa gitu)
  3. Udah ketemu pintu yang ada tulisannya “Pelayanan SIM Internasional”? (Yaksip!)

    masuk lewat pintu sinih

    Cuma jangan langsung masuk ke sana (walaupun di dalam juga ga ada yang galak2 si benernya) karena prosedur pertamanya adalah mengambil nomor antrian (ada di gedung sebelahnya, dan rada2 bikin pusing karena ga ada petunjuk manualnya sama sekali) dan menunggu di sana (walaupun tempat duduk yang disediakan juga sangat terbatas) sampai nomor kita dipanggil oleh TOA. Setelah saya lihat2 lagi, di sana ternyata juga ada indikator nomor antriannya (awalnya kupikir ga ada, karena dipasang tinggi, tinggi sekali). Saat itu saya mendapat antrian no. 29, dan indikator memperlihatkan sedang melayani antrian no. 23 (waktu nunggu 20 menitan lah)

  4. Dipanggil, saya diminta menuju Counter 1, maka bersegeralah meluncur ke pintu yang tadi (yang ada tulisannya Pelayanan SIM Internasional itu) dan ternyata di dalam situ tidak terlihat counter sama sekali, hanya ada 4 buah meja di ruangan yang sempit, 2 buah meja di ujung dijaga oleh 2 orang ibu polwan (nah! bisa ditebak itu lah counter yang dimaksud), terus langsung aja datang ke salah satu di antara ibu polwan itu yang lagi senggang. Ibu polwan itu langsung meminta syarat2 yang tadi dituliskan, dan saya diminta mengisi data nama, SIM yang mau didapatkan (di sini isikan B, bukan A untuk SIM mobil pada umumnya), alamat, dan tanda tangan di sebuah buku register. Selesai itu, kemudian mengisi sebuah form (dan di form inilah saya baru mengerti kenapa isian buku register sebelumnya harus B, itu terkait penggolongan SIM Internasional dan lengkap dijelaskan di situ). Sepertinya karena dituntut cepat melayani, saya juga diburu2 si ibu polwan untuk mengisi (saat saya meleng sedikit untuk melihat2 seisi kantor, dicerewetinlah saya oleh si ibu itu, haduh… padahal saat itu dia juga sedang sibuk isi2 form dia sendiri, kapan dia  merhatikan aku lagi mengamati). Setelah menandatangani form dan kartu calon IDP, saya diminta menyerahkan uang aplikasi sebesar 250 ribu dan (lagi2) menandatangani kuitansi pembayarannya. Setelah itu saya dipersilahkan untuk ke counter selanjutnya.
  5. Counter berikutnya terletak di sebuah meja terdekat dengan pintu masuk, dijaga oleh polisi pria. Mungkin karena di sini adalah counter foto dan sidik jari digital. Setelah menunggu beberapa saat, saya dipersilahkan menuju meja foto, untuk berfoto dan lalu mengambil sidik jari ibu jari kiri dan kanan. Di sini sempat terhambat karena sidik jari saya yang keren ini tidak terbaca oleh fingerprint reader. Hampir saja saya jilat jempol ini, karena si polisi bilang itu karena jempol saya lagi pas kering kulitnya. Ternyata solusinya bukan begitu, lebih baik disekakan saja di kulit yang berminyak. Ah, nampaknya sebelum saya, banyak yang punya problem serupa. Setelah ikut saran dia, sesi itu pun lancar begitu saja.

Setelah menunggu proses cetak IDP dan mengisi buku register yang terakhir (yang ini mungkin untuk bukti pengambilan IDP), IDP pun resmi diserahkan ke tangan saya.

ni dia hasilnya

Keluar dari ruang pelayanan, lihat jam di Blackberry, ternyata cuma 10 menit buat ngurus di dalam. Cukup cepat untuk kelas birokrat negara, not bad lah, dengan hati riang, saya beranjak pulang untuk makan siang kemudian bobo menunggu istri saya pulang dari kantor.

Tags:

6 Comments to “SIM Internasional (written by my husband)”

  1. yg nongol kok malah fotonya Yoga.. udah 2x scrolling kirain mau ada foto EkaFrestya-nya

  2. Yoga imut banget… *malah ngomen foto*

  3. Kalo nggak salah, tiap U.S. State berbeda-beda lama periode pengakuan IDP-nya deh. Di PA kemarin pas baca aturan di DMV-nya, IDP (dari negara manapun) hanya berlaku enam bulan maksimum. Anyway, ngurus ini langkah tepat. Paling nggak bisa beli mobil dulu atau nyewa mobil buat latihan ambil driving license lokal.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: